Berita

2 Film Karya Mahasiswa Komunikasi UMY Juarai WDFF 2016

IMG-20160422-WA0001Prestasi membanggakan kembali diraih mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhamammadiyah Yogyakarta (UMY) dalam Kompetisi Wonosobo Documentary Film Festival (WDFF) 2016 dengan tema “Kartini Kini”. WDFF merupakan salah satu agenda kegiatan dari Wonosobo Creative Movement #1 yang diselenggarakan oleh Kubik Craetive bekerjasama dengan BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kabupaten Wonosobo pada Kamis (21/4) bertempat di Gedung Adipura Kencana Wonosobo.

Dua film yang mendapatkan penghargaan tersebut yaitu “Keadilan Warga” dan “Bukan K tapi U”. Seperti diungkapkan oleh Holy Lathifa Algania mahasiswa IK UMY angkatan 2012 selaku Produser dalam film Bukan K tapi U ketika dihubungi BHP pada Jumat (22/4). “Untuk film Keadilan Warga kami meraih juara 1, sedangkan untuk film Bukan K tapi U meraih juara ketiga, dan juara kedua diraih oleh teman-teman Akindo (Akademi Komunikasi Indoneisa),”ungkapnya.

“Pada kompetisi tersebut kami berhasil mengalahkan 50 peserta yang mendaftar, kemudian dari 50 peserta tersebut dipilih 5 film yang masuk nominasi, dan akhirnya kedua film kami berhasil meraih juara dari kelima film lainnya,” tambah Holy.

Kedua film yang mendapatkan penghargaan tersebut menceritakan tentang realitas kehidupan perempuan Indonesia saat ini. Film Keadilan warga yang disutradarai oleh Muhammad Fatur Albashori mahasiswa IK UMY angkatan 2012 menceritakan tentang sosok perempuan-perempuan yang resah akan pembangunan Hotel yang marak di Kota Jogja. “Dari keresahan warga tersebut akhirnya mereka tergerak untuk membuat forum keadilan warga, yang dimana forum tersebut menuntut tanggung jawab pihak hotel yang telah merugikan masyarakat atas dampak-dampak yang ditimbulkan dari pembangunan tersebut,”ungkap Holy.

Sedangkan untuk Film Bukan K tapi U menceritakan tentang sosok Kartini masa kini yang bernama Utiyah. “Utiyah adalah mantan pasien Rumah Sakit Jiwa (RSJ), yang kemudian setelah pulih dari sakitnya Utiyah tergerak hatinya membangun penampungan untuk orang-orang sakit jiwa yang tidak tertampung oleh Dinas Sosial di rumahnya sendiri. Uthiyah merawat orang-orang tersebut dengan uang pribadinya sendiri dan sumbangan dari beberapa komunitas,”pungkas Holy.

Kembali ditambahkan Holy, diharapkan dengan adanya film yang dibuatnya tersebut dapat menginspirasi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya bagi sineas muda Indonesia. “Diharapkan dengan diraihnya penghargaan ini kedepannya dapat membangun jiwa berkarya bagi pemuda Indonesia untuk menghasilkan sesuatu yang positif dan bermanfaat,”tutupnya. (Adam)