Berita

3 Mahasiswi UMY Kembangkan Potensi Herba Bandotan sebagai Agen Kemopreventif Kanker Payudara

Angka kasus untuk kanker payudara pada wanita di dunia terjadi sebanyak 43,3% diantara kasus kanker lainnya, ini berdasarkan data dari International Agency of Research on Cancer pada tahun 2012 . Dari jumlah tersebut angka kematian untuk kasus kanker ini cukup tinggi, sekitar 12,9%. Hingga saat ini, kanker payudara pada wanita frekuensinya terus mengalami peningkatan karena pembelahan sel terjadi sangat cepat. Bukti menunjukkan bahwa pengobatan kanker melalui kemoterapi, radiasi dan pembedahan memiliki keterbatasan karena dapat memicu kematian sel sehat lainnya. Mahalnya biaya juga menjadi halangan bagi penderita untuk memperoleh pengobatan maksimal.

Urgensi pengobatan alternatif sebagai terapi penyembuhan sangat diperlukan untuk penyakit kanker payudara, ini yang kemudian menjadi pendorong bagi salah satu kelompok PKM-PE (Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta(UMY) untuk mengembangkan agen yang mencegah pertumbuhan sel kanker (kemopreventif) berbasis bahan alam yang diharapkan dapat meringankan beban penderita. Melalui rilis yang diterima oleh Biro Humas dan Protokol (BHP) UMY pada hari Rabu (18/7), kelompok ini melakukan penelitian terhadap herba Bandotan (Ageratum conyzoides L.) dengan uji in-silico dan uji in-vivo.

Aulia Rahma sebagai ketua tim menyebutkan bahwa kandungan flavonoid dalam herba Bandotan berpotensi sebagai agen kemopreventif kanker payudara. “Berdasarkan uji in-silico (sistem komputasi molekuler) diperoleh hasil bahwa senyawa nobiletin (flavonoid) dalam tumbuhan tersebut mampu mengikat target. Yaitu VEGF dan COX-2 (penanda sel kanker) lebih baik dibandingkan dengan 5-Fluorourasil, obat kemoterapi yang umum digunakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa tumbuhan tersebut dapat menghambat perkembangan dari sel kanker,” ujarnya.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, kelompok ini juga melakukan penelitian dengan uji coba secara in-vivo, eksperimen terhadap keseluruhan organisme hidup. “Saat ini masih dilakukan tahap penelitian lanjutan secara in-vivo dengan menggunakan hewan. Kami melakukan induksi zat karsinogenik yang menyebabkan hewan uji menjadi kanker yaitu dengan menggunakan DMBA (Dimetylbenz(α) Antrasena) yang diberikan pada hewan coba, yakni tikus putih jenis Sprague Dawley sebanyak dua kali seminggu selama lima minggu. Penelitian dilanjutkan dengan memberikan ekstrak Herba Bandotan ke hewan uji. Nantinya organ payudara dari tikus akan diambil jaringannya dan akan dilakukan pengamatan menggunakan pewarna. Untuk mengetahui jumlah jaringan yang rusak, dilakukan pengamatan di bawah mikroskop,” jelas Aulia.

Kelompok yang beranggotakan 3 mahasiswi Jurusan Farmasi UMY, yaitu; Aulia Rahma; Heni Ratnasari; dan Vidia Noviyanti; berharap agar hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi masyarakat terkait dengan potensi herba Bandotan yang sangat mudah ditemui di lingkungan sekitar. “Penelitian ini akan dikembangkan kembali agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam bentuk produk yang telah teruji. Sehingga nantinya dapat dikonsumsi juga sebagai suplemen pendamping (ko-kemoterapi) bagi pasien kanker secara khusus,” tutup Aulia.