Luasnya kerjasama yang diinisiasi oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menjadikannya sebagai salah satu tujuan studi bagi banyak mahasiswa asing dari berbagai negara. Kali ini UMY kembali berkesempatan untuk menerima mahasiswa asing dari berbagai negara yang mengikuti beberapa skema yang disediakan oleh kampus. Sebagai usaha untuk memperkenalkan mahasiswa asing terhadap keseharian dan juga budaya lokal, Lembaga Kerja Sama (LKS) UMY melakukan kegiatan induksi yang dilaksanakan di Omah Tembi Homestay pada hari Sabtu (27/10). Dalam kegiatan tersebut, terdapat sebanyak 35 orang mahasiswa yang berasal dari berbagai institusi seperti; Universiti Sains Islam Malaysia (USIM); Universiti Utara Malaysia (UUM); Southern Borders Province Administration Center (SBPAC) Thailand; Muslim Education Development Association of Thailand (MEDAT); serta Princeton University, New Jersey Amerika Serikat.
Ilyas Ghifari, salah seorang staf LKS bidang Student Mobility menyebutkan peserta dari kegiatan tersebut mengikuti berbagai skema kerjasama. “Misalnya 9 mahasiswa dari UUM dan 3 mahasiswa USIM, mereka mengikuti program pertukaran mahasiswa. Kemudian terdapat 8 mahasiswa Princeton mengikuti program magang, sedangkan 10 mahasiswa Thailand dari SBPAC dan MEDAT merupakan mahasiswa full-time di UMY. Sisanya mengikuti program magang yang dimiliki oleh program studi di UMY,” jelas Ilyas yang juga menjadi panitia untuk kegiatan tersebut.
Kegiatan tersebut memberikan kesan baik kepada para mahasiswa asing seperti yang disampaikan oleh Esha Jain, salah seorang mahasiswa dari Princeton University. “Saya rasa kegiatan ini memberikan pengalaman yang menyenangkan, saya dapat ikut membatik dan membuat tempe serta memahami proses yang diperlukan untuk keduanya. Saya juga dapat bercengkerama dengan mahasiswa lain dari berbagi daerah dan saling berbagi cerita mengenai pengalaman mereka, baik selama mereka di Indonesia atau di tempat asalnya,” ujarnya.
Jonathan Hunter Charette, salah seorang mahasiswa Princeton lainnya menyebutkan bahwa kegiatan ini membuatnya mampu untuk lebih menghargai kesenian dan budaya. “Sebelum ini kami berkesempatan mengunjungi Museum Ullen Sentalu dan menyaksikan secara langsung bagaimana proses pembuatan batik berlangsung. Saya sangat menghargai kemampuan yang dibutuhkan untuk membatik, terlebih setelah saya mencoba mempraktekkannya sendiri. Kegiatan ini membuat saya lebih mengapresiasi keragaman seni dan budaya,” ungkapnya. (raditia)