Industri kreatif saat ini semakin berkembang pesat dan menciptakan lapangan kerja baru melalui sektor kreatif yang diperkirakan akan menyumbangkan hingga 10% dari PDB Global tahun 2030. Sisi lain juga menjadi penting mengusahakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Hal inilah yang dibahas dalam pembukaan agenda 5th International Training for Young Islamic Economic Leaders (ITYIELDs) yang diselenggarakan International Program for Islamic Economic and Finance Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (IPIEF UMY) pada hari Jum’at (29/7) di Ruang Sidang Pascasarjana UMY. Kegiatan Summer School ini bertemakan ‘Creative Economy and Promoting Sustainable Development Goals’. Agenda tersebut dihadiri 96 peserta dari 6 negara yang hadir secara tatap muka dan dalam jaringan, yakni Malaysia, Sudan, Somalia, Filipina, Palestina, dan Indonesia.
Prof. Dr. Endah Saptutyningsih, S.E.,M.Si., Ketua Prodi Ekonomi FEB UMY menyampaikan bahwa saat ini Indonesia menghadapi tantangan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi namun tetap harus menjaga kelestarian lingkungan. ”Indonesia dengan potensi sumber daya alam dan manusia yang ada diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui industri ekonomi. Lantas bagaimana menghadapi tantangan ini kita akan belajar dengan para ahlinya dan saya berharap acara ini akan menyoroti persiapan pembangunan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan,” papar Guru Besar UMY ini.
Sedangkan pada pembahasanya, Prof.Dr. Imamudin Yuliadi,S.E.,M.Si., Guru Besar llmu Ekonomi UMY menyampaikan bahwa di Indonesia dalam menciptakan ekonomi kreatif memiliki tantangan yang harus dihadapi, antaranya pasar persaingan ekonomi global, pemajuan dan perlindungan hak intelektual, jaringan inovasi dan kerjasama, serta keterbatasan dana. ”Pelaku usaha perlu terus meningkatkan inovasi dan kreativitas produk dan usaha, meningkatkan promosi dan kerjasama dengan pelaku usaha dalam dan luar negeri, serta membangun iklim investasi dan merit system bagi pelaku usaha,” jelasnya.
Dengan perspektif yang berbeda, Mustafa Dababseh, Akademisi dari Smart College for Modern Education Palestina menyampaikan bahwa berbicara tentang pembangunan berkelanjutan, juga merujuk pada sistem ekonomi Islam. ”Ketika kita berbicara tentang pembangunan berkelanjutan, kita merujuk pada sistem ekonomi Islam yang berusaha mencapai pembangunan ekonomi yang nyata dan komprehensif untuk semua aspek kehidupan untuk semua masyarakat di setiap tempat dan waktu,” tutunya.
Mustafa juga menjelaskan kondisi di Palestina memiliki tantangan pada sistem perbankan syariah.”Tantangan yang dihadapi pengembangan sistem perbankan syariah di Palestina adalah tingkat penyelesaian yang tinggi, kekurangan spesialis, kurangnya fokus pada aspek ekonomi sistem perbankan syariah, kurangnya kesadaran warga tentang apa yang membedakan layanan perbankan syariah dan keengganan untuk membuat keputusan investasi yang menguntungkan,” tambahnya.
Sedangkan dalam pembahasan spesifik tentang SDG’s, Dr. Claudia Aravena, Akademisi dari Herriot-Watt University United Kingdom menyatakan bahwa pelaksanaan SDGs perlu diperhatikan secara khusus untuk memperhitungkan interkoneksi antar elemen di dalamnya agar menciptakan keberhasilan dalam implementasi SDGs. ”Penelitian dan inovasi memainkan peran kunci dalam mencapai pembangunan berkelanjutan tetapi juga harus berjalan seiring dengan kebijakan,” tuturnya.
Acara 5th ITYIELDs ini diselenggarakan pada tanggal 25 Juli-6 Agustus 2022 yang disajikan melalui 3 bidang mata kuliah diantaranya adalah sistem finansial, ekonomi mikro dan SDA. (Sofia)