Berita

68 % Orang Percaya terhadap Produk yang disampaikan Melalui Orang lain

Tingkat kepercayaan orang terhadap suatu produk dalam hasil sebuah riset, 68 % orang percaya terhadap apa yang disampaikan orang lain. Sedangkan tingkat kepercayaan orang melalui iklan sebesar 76 %. Sehingga agar iklan lebih efektif dalam komunikasi pemasaran perlu memperhatikan apa yang diinginkan konsumen atau pelanggan.

Tingkat kepercayaan orang terhadap suatu produk dalam hasil sebuah riset, 68 % orang percaya terhadap apa yang disampaikan orang lain. Sedangkan tingkat kepercayaan orang melalui iklan sebesar 76 %. Sehingga agar iklan lebih efektif dalam komunikasi pemasaran perlu memperhatikan apa yang diinginkan konsumen atau pelanggan.

Demikian disampaikan CEO Srengenge, Mohamad Kurniawan dalam Kuliah Umum Kapita Selekta Periklanan yang diselenggarakan oleh Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di Kampus Terpadu UMY Sabtu (15/5).

Lebih lanjut Iwan menjelaskan untuk melakukan komunikasi pemasaran yang baik perlu diperhatikan apa yang diinginkan konsumen. “Konsumen selalu dikelilingi oleh konsumen yang lain. Perlu diperhatikan apa yang dilakukan customer atau pelanggan, salah satunya bahwa customer membeli produk karena dia telah berbicara dengan orang lain.”jelasnya.

Selain itu support atau dukungan dari customer lain juga menjadi hal penting yang perlu diperhatikan. “Misalnya ada pelanggan yang tidak puas dengan suatu produk pasti orang lain yang juga merasa tidak puas terhadap produk tersebut akan turut mendukungnya. Terkadang customer juga melihat apa yang dipakai orang lain. Dia lalu akan mencari tahu mengenai produk tersebut mulai dari bertanya produk tersebut beli dimana, harga berapa, keunggulannya apa dan seterusnya.”urainya.

Konsumen juga mendengar pendapat orang lain bahkan juga mengidentifikasi perbedaan satu produk dengan produk yang lain. “Sehingga dengan melihat hal-hal tersebut selain menggunakan iklan melalui media above the line seperti iklan-iklan di televisi dan below the line seperti iklan-iklan menggunakan brosur atau poster perlu dikembangkan juga metode iklan melalui pendekatan cerita,” tambahnya.

Sementara itu menurut Dosen Ilmu Komunikasi UMY, Muria Endah Sokowati, S.IP, M.Si menguraikan selama ini mahasiswa memahami industri periklanan hanya membutuhkan kreatifitas semata. Hal tersebut menjadikan mahasiswa menjadi malas untuk kuliah. Padahal dalam dunia industri tidak hanya kreatifitas semata.

“Dunia industri tidak hanya membutuhkan mahasiswa yang kreatif semata atau hanya paham mengenai teori. Tetapi juga membutuhkan mahasiswa yang paham keduanya, selain kreatif mahasiswa juga harus tetap belajar karena dunia industri selalu berkembang.” tuturnya.

Endah menambahkan selama ini kebutuhan dunia industri dan akademis saling berbenturan. Dunia akademis seringkali memberikan lebih banyak teori sedangkan dunia industri tidak hanya membutuhkan mahasiswa yang pandai teori. “Melalui kuliah umum dengan mendatangkan praktisi, mahasiswa diharapkan dapat mengerti dunia industri yang sebenarnya dan mengetahui apa yang dibutuhkan dalam dunia industri sehingga nantinya tidak kaget ketika terjun langsung di lapangan,”pungkasnya.