Berita

Korea Selatan Masih Butuh Indonesia

seminar internasional HI-INAKOSIndonesia masih menjadi bangsa yang punya peran dan posisi penting bagi bangsa lain. Peran Indonesia di masa lalu sebagai salah satu bangsa pelopor Gerakan Non-Blok masih sangat diingat oleh dunia internasional. Selain itu, peran Indonesia dalam membantu menyelesaikan permasalahan dan pertingkaian antar negara, juga masih menjadi perhatian banyak negara termasuk Korea Selatan yang menganggap Indonesia bisa membantunya dalam menyelesaikan permasalahan Semenanjung Korea.

Hal tersebut disampaikan Prof. Dr. Yang Seung-Yoon, Ph.D, Prof. Emeritus Hankuk University of Foreign Studies, Korea Selatan, saat menjadi narasumber dalam Seminar Internasional Korea-Indonesia Update 2014, yang bertajuk “Hubungan Korea Selatan dan Indonesia Dalam Perspektif Politik, Sosial, dan Budaya”. Seminar dan Konferensi ini diselenggarakan oleh Jurusan Hubungan Internasional UMY bekerjasama dengan The International Association of Korean Studies in Indonesia (INAKOS), sebuah lembaga kerjasama Indonesia dan Korea Selatan, dan bertempat di ruang sidang AR. Fakhruddin A lantai 5 Kampus Terpadu UMY, pada Rabu (30/4). Selain Prof. Yang, hadir pula narasumber lainnya seperti Dewi Savitri Wahab (Direktur Asia Pasifik, Kementerian Luar Negeri Indonesia), Prof. Dr. Tulus Warsito, M.Si (Profesor jurusan HI-UMY), Dr. Nur Aini Setiawati, M.Hum (Dosen Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada), dan Dr. Anton Minardi (Dosen HI- Universitas Pasundan Bandung).

Dalam pemaparannya, Prof. Yang mengatakan bahwa Indonesia memiliki posisi yang sangat penting bagi Korea, khususnya Korea Selatan. Hal ini disebabkan Indonesia bisa menjadi jalan keluar dan penengah dalam permasalahan Semenanjung Korea, antara Korea Selatan dan Korea Utara. Karena Indonesia juga bukan negara yang memiliki keberpihakan pada satu negara. “Di samping itu, Indonesia juga bisa mengisi kekosongan dalam upaya reunifikasi Semenanjung Korea, serta menambal kekurangan situasi serta dan keadaan geo-politik di Semenanjung Korea dalam permasalahan dengan Korea Utara,” paparnya.

Bukan dalam hal itu saja Indonesia menjadi salah satu negara yang punya posisi penting bagi Korea Selatan. Namun juga dalam beberapa bidang lainnya, seperti ekonomi, industri, manufaktur, dan pertukaran budayanya. “Indonesia kaya akan sumber daya, termasuk sumber daya manusianya yang punya semangat tinggi untuk bekerja. Sementara kami (Korea Selatan) memiliki kelebihan dalam hal industri yang juga membutuhkan banyak sumber daya manusia. Jadi, kita bisa saling bekerjasama dalam hal pop-industri ini. Kami menyediakan modal dan teknologinya, sementara tenaga kerja yang kompeten serta pasar yang luas dan aktif bisa kami dapati di Indonesia ini. Seperti saat ini, kami tengah menyelesaikan kapal selam kedua dengan teknologi terbaru yang dibantu oleh orang-orang Indonesia. Dan untuk kapal selam yang ketiga, rencananya juga semua onderdilnya akan dipindah ke Indonesia, atau dengan kata lain akan dibuat di Indonesia,” ujar pendiri Islamic Studies di Korea Selatan ini lagi.

Selain itu, Prof. Yang juga meyakini bahwa Indonesia ke depannya sebenarnya bisa menyetarakan kemajuannya dengan Korea dan negara-negara maju lainnya. Sebab, hubungan kerjasama antara Indonesia dan Korea Selatan bukan hanya hubungan bilateral saja, tapi lebih dari itu, kedua negara ini sudah memiliki ikatan batin yang bisa saling membantu dan menguntungkan satu sama lainnya. “Saya percaya, bahwa Indonesia ke depannya bisa setara dengan Korea dan negara-negara maju lainnya. Bila Indonesia dan Korea tetap bisa terus menjalin kerjasama dengan baik,” ungkapnya.

Di sisi lain, Dr. Anton Minardi, selaku komentator dalam seminar ini yang juga sebagai dosen jurusan Hubungan Internasional Universitas Pasundan Bandung mengharapkan, kerjasama yang sudah terjalin antara Indonesia dengan Korea Selatan tidak mematikan industri di Indonesia. Sebab selama ini, menurutnya, para investor-investor asing mulai mendominasi di Indonesia. “Karena itu, saya berharap pemerintah Indonesia maupun pemerintah Korea Selatan untuk sama-sama bertanggungjawab menjaga, memelihara dan melestarikan kekayaan dan keindahan alam Indonesia. Agar generasi mendatang bisa menyaksikan dan menikmatinya juga,” ungkapnya.

Anton juga berharap, sumber-sumber energi yang tidak dapat diperbaharui dan juga ikut dinikmati oleh para investor, tetap bisa dihemat penggunaannya. Kemudian juga, para investor dan pemerintah juga berkewajiban melatih sumber daya manusia Indonesia agar terjadi upgrading keahlian, dari konsumen menjadi produsen, dari operator ke manajer, dari manajer ke owner. “Kemudian juga sharing ​teknologi agar tidak hanya dikuasai oleh pihak asing, meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik pada tingkat pendidikan, kesehatan maupun daya beli masyarakat, mendorong agar Indonesia tetap menjadi negara agraris yang berteknologi dan berbasis pada pertanian, perkebunan, hutan, perikanan dan kelautan. Dan ikut serta dalam menahan inflasi (kenaikan harga-harga barang) agar seimbang dengan penghasilan rakyat,” pungkasnya. ​(Sakinah)