Menjelang penyelenggaraan Muktamar Muhammadiyah Satu Abad jangan sampai Muhammadiyah menjadi obyek kekuatan politik manapun. Karena sejak awal Muhammadiyah tidak memiliki keterkaitan dengan Partai Politik (parpol) manapun. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan mengabdikan diri dalam pelayanan umat melalui amal usaha.
Demikian disampaikan Kepala Pusat Studi Muhammadiyah-Universitas Muhammdiyah Yogyakarta (PSM-UMY), Asep Purnama Bahtiar di Kampus Terpadu Senin (28/6) siang ketika menjelaskan Diskusi Publik ‘Kepemimpinan Muhammadiyah & Kepentingan Partai Politik’ yang diselenggarakan PSM-UMY pada Selasa (29/6) di Asri Medical Center (AMC).
Diskusi publik ini akan menghadirkan Mantan Ketua PP Muhammadiyah serta Penasehat PP Muhammadiyah 2005-2010, Prof. Dr. HM Amien Rais; Pengamat Politik UMY Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A, serta Sekretaris Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah H. Asep Purnama Bahtiar, S.Ag, M.Si.
Lebih lanjut Asep memaparkan meskipun tidak terkait dengan parpol manapun, Muhammdiyah tetap memberikan kebebasan kepada warganya untuk mengikuti parpol yang sesuai aspirasinya. “Hal ini karena melihat berpolitik merupakan hak asasi setiap orang. Tetapi meskipun diberi kebebasan jangan sampai kepentingan parpol masuk ke dalam organisasi,”urainya.
Dalam pemaparannya parpol berkepentingan dengan ormas karena terkait dengan upaya mengenalkan parpolnya kepada anggota organisasi. “Karena mereka melihat banyaknya anggota organisasi sehingga parpol bermaksud untuk menjual atau mengenalkan parpol mereka,”jelasnya.
Terkait dengan penyelenggaraan Muktamar menurut Asep, perhatian publik terhadap Muhammadiyah juga semakin bertambah. “Bagi sebagian kalangan situasi menjelang suksesi kepemimpinan dalam ormas ini secara perlahan namun pasti mulai menunjukkan garis terang tentang keberpihakan diantara Pimpinan Daerah, Wilayah maupun Pusat. Terlebih di kalangan masyarakat seringkali ada opini yang mengkaitkan antara situasi politik dengan segala sesuatu yang terjadi pada organisasi. Misalnya dalam penyelenggaraan Muktamar ini apakah ada kepentingan politik atau tidak.”tuturnya.
Sedangkan di sisi lain, banyak kalangan Muhammadiyah yang enggan terlibat dalam politik praktis menginnginkan Muhammadiyah tetap di jalur awal sebagai gerakan Islam dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar. “Selain itu mengabdikan diri dalam pelayanan umat melalui amal usaha. Karena jika sampai masuk ke dalam politik praktis agenda dalam melayani umat baik kesehatan pendidikan maupun yang lain dapat terbengkalai,”paparnya.
Melalui diskusi publik ini diharapkan dapat mengkomunikasikan apa yang berkembang di kalangan masyarakat terkait dengan situasi politik yang terjadi saat ini maupun menjelang Muktamar. “Terlebih dengan masing-masing pembicara yang mewakili generasi masing. Misalnya Prof. Amin yang telah memiliki banyak pengalaman terkait situasi politik maupun pengalaman di Muhammadiyah. Kemudian Prof. Bambang sebagai pengamat politik serta saya sendiri yang mewakili PSM serta berkaitan dengan perkaderan dan regenerasi kepemimpinan organisasi. Sehingga nantinya masyarakat tidak ragu dimana sebenarnya posisi Muhammadiyah. Terkait dengan kepentingan politik atau tidak. ”pungkasnya.