Beragamnya program yang dimiliki Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah mendorong seorang warga negara Korea untuk meneliti lebih lanjut mengenai sistem dan perkembangan organisasi masyarakat (ormas) modern terbesar dan tertua di Indonesia.
Demikian disampaikan Eunsook Jung yang merupakan assistant professor department of politics Fairfield University. Ia menyelesaikan S3 nya di University of Wisconsin, Madison, Amerika Serikat. Ia mengungkapkan ketertarikannya dalam mengenal dan mempelajari ormas Islam, khususnya Muhammadiyah di Indonesia sejak tahun 2005. Selama di Indonesia, dirinya telah melakukan penelitian di Medan dan Yogyakarta.
Eunsook melihat keberadaan Muhammadiyah sangat penting di Indonesia, bukan hanya mengajarkan dan mengupayakan kesejahteraan bagi umatnya, namun juga menjadikan Indonesia semakin kuat karena perhatiannya mencakup semua aspek kehidupan. “Muhammadiyah menunjukkan dan mengajarkan umatnya untuk menuju ke arah toleransi, moderat, dan akomodatif,” jelasnya saat ditemui seusai penutupan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah di Sportorium UMY, Kamis (8/7).
Menurutnya, pelaksanaan Muktamar ini menjadi penting dan menarik karena Muhammadiyah merupakan organisasi masyarakat (ormas) besar dan mapan yang mampu mewakili aspirasi dan menyuarakan keinginan umatnya. “Melalui ormas besar ini, Muhammadiyah sudah menyediakan jalur bagi warganya untuk mewakili dan menyuarakan aspirasi kepada pemerintah,” papar Eunsook.
Muhammadiyah diakui Eunsook memiliki sistem yang terorganisir, sistematis, dan demokratis dalam setiap amal usahanya. Sistematis mengingat Muhammadiyah, misalnya memiliki amal usaha jenis pendidikan yang melayani hingga semua level usia. “Hal yang saya kagumi dari Muhammadiyah adalah bagaimana ormas tersebut memiliki proses unik dalam melaksanakan pemilihan pimpinannya hingga beberapa tahapan. Selain itu, semangat yang besar dari para peserta dalam menghadiri dan mengikuti Muktamar adalah hal yang luar biasa. Mereka datang beramai-ramai dengan senang dan tanpa digerakkan oleh siapa dan apapun juga merupakan sesuatu yang unik,” imbuhnya.
Adanya PP Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah secara jelas juga mendorong anak-anak dan pelajar untuk belajar di Muhammadiyah yang menguatkan sistem ormas tersebut karena dipelajari dari tingkat anak hingga dewasa. “Sebuah organisasi civil society yang yang tak pernah berhenti dalam melayani umat secara independen,” terang Eunsook.
Namun sebagai ormas yang besar, Eunsook menegaskan bukan tidak mungkin ada upaya intervensi dari partai politik. Oleh karenanya, Ia berharap agar Muhammadiyah tetap berkomitmen dalam melayani umat secara independen dengan mengedepankan tak hanya kesejahteraan, namun juga mewujudkan civil society muslim yang baik, penuh toleransi, dan akomodatif.
Disinggung kesannya selama Muktamar, Ia mengungkapkan kebahagiannya karena dapat mengetahui informasi lebih banyak dan lengkap mengenai Muhammadiyah serta mendapat kesempatan bertukar pikiran dengan para Muktamirin, bahkan pimpinan Muhammadiyah.