Sistem pendidikan yang ada saat ini harus mampu mencetak pemimpin yang pandai secara intelektual dan juga baik moralnya. Sehingga nantinya pemimpin yang ada di Indonesia selain pandai juga tidak melakukan tindakan korupsi.
Demikian disampaikan Ketua PP Muhammadiyah, Drs. Sukriyanto AR, M.Hum dalam Dialog Nasional ‘Quo Vadis Pasca 12 Tahun Reformasi’ yang diselenggarakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah – Universitas Muhammdiyah Yogyakarta (IMM-UMY) di Kampus Terpadu Selasa (3/8) siang.
Lebih lanjut Sukriyanto menguraikan demokrasi pada dasarnya baik ketika dilandasi kejujuran dan moral yang baik. Untuk mencapai moral yang baik harus dimulai dari sistem pendidikan. Sistem pendidikan harus mampu mencetak orang yang pintar tetapi juga memiliki moral yang baik. “Tidak seperti sekarang banyak orang pintar intelektualnya tetapi moralnya jelek. Pintar intelektualnya tetapi kemudian melakukan banyak korupsi. Sehingga pendidikan moral perlu ditekankan mulai dari pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT),”tuturnya.
Selain itu untuk membangun bangsa yang baik diperlukan sikap kritis terhadap sejarah. “Yang baik diambil sedangkan yang buruk ditinggalkan. Kemudian membangun moral yang baik. Negara kita tidak hanya rusak pada sikap korupsinya tetapi juga rusak karena narkoba, kekerasan dan lainnya.”paparnya.
Sukriyanto menambahkan seringkali masyarakat ketika tidak setuju dalam suatu masa kepemimpinan kemudian langsung menganggap jelek secara keseluruhan. “Misalnya masa Belanda masih menjajah. Belanda memang kejam tetapi mereka memiliki kedisiplinan serta cinta kebersihan. Kita harus mampu belajar atau mengambil manfaat yang baik dari sistem pemerintahan yang lalu serta membuang atau menghindari hal-hal buruk yang dialkukan pada masa itu,”jelasnya.
Sementara itu Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti menuturkan meskipun hampir 80 % Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia dikuasai oleh asing. Kemudian banyaknya tindak korupsi yang seakan-seakan sudah dianggap sebagai ibadah. Masyarakat harus tetap memandang bangsa Indonesia dengan positif. “Hal ini dilakukan agar kita tidak terlalu terbebani dengan situasi yang sedang terjadi,” jelasnya.
Banyak hal yang menurut Ray yang bisa dijadikan alasan mengapa kita harus selalu memandang positif bangsa Indonesia. “Pertama negara kita merupakan negara demokrasi. Dimana kita mampu melakukan demokrasi ketika banyak rakyat Indonesia dilanda kemiskinan. Kedua, pluralisme di Indonesia sangatlah berkembang. Serta kesadaran akan penegakan Hak Asasi manusia (HAM) yang semakin tinggi.”urainya.
Ray menegaskan, untuk membentuk negara yang baik diperlukan satu syarat yaitu membutuhkan pemimpin yang benar. “Bagaimana pemimpin yang benar, pemimpin yang benar adalah pemimpin yang memiliki jiwa anti korupsi serta kemandirian.”tegasnya.