Saat ini berbagai macam penyakit semakin banyak, salah satunya adalah penyakit stroke yang saat ini merupakan penyakit yang banyak diidap oleh manusia. Saat ini saja stroke menjadi penyebab utama kematian ketiga di dunia setelah kanker dan juga penyakit jantung. Bukan hanya itu saja stroke juga menjadi peringkat pertama penyebab kecacatan hidup. Di Indonesia, penyakit stroke ini menjadi penyebab kematian utama di Indonesia, namun hingga kini penanganannya masih belum cukup baik.
Bahaya penyakit stroke ini juga disampaikan oleh dr. Supriyatiningsih Sp. OG., M.Kes, saat diwawancarai di Asri Medical Center (AMC) pada Kamis (26/3). Dalam wawancara tersebut beliau menegaskan bahwa penyakit stroke ini sangat berpengaruh pada pembuluh darah di otak, pembuluh darah secara keseluruhan, dan juga kerja jantung. Ketiganya memiliki hubungan yang sangat erat dan berkaitan satu sama lain. “Stroke sendiri merupakan salah satu tanggung jawab dari cardiovascular, oleh karena itu hal ini perlu dishare kepada masyarakat tentang keterhubungan ini. Bahkan di DIY saja penyakit stroke dan cardiovascular saling berlomba untuk menjadi peringkat pertama atau peringkat kedua. Secara nasional kedua penyakit tersebut menjadi salah satu penyebab kematian ataupun kesakitan yang bukan penyakit dari infeksi, “ tegasnya.
Beberapa pakar juga sudah menjelaskan terkait dengan Stroke, untuk itu hal inilah yang digunakan oleh Continuing Medical Education (CME) untuk memberikan informasi kepada masyarakat dengan mengadakan seminar nasional setiap tahunnya. “CME ini diadakan juga guna digunakan sebagai wadah baru bagi dokter baru lulusan UMY untuk bisa melakukan diskusi terbuka tentang isu-isu yang sedang hangat di masyarakat contohnya adalah isu tentang stroke. Bukan hanya itu saja CME ini juga digunkaan oleh FKIK UMY dan PKU Muhammadiyah Yogyakarta untuk dijadikan sebuah branding untuk membentuk Cardiovascular Center “ jelas dr. Supriyatiningsih selaku Taskforce for Innitiative Cardiovascular and Cancer Center (TICC).
Penyakit stoke ini juga menjadi sebuah akibat dari berbagai macam hal. “Biasanya penyakit stroke terjadi karena terganggunya aliran darah ke sebagian otak, yang diakibatkan karena thrombus, emborlus ataupun pendarahan karena pecahnya pembuluh darah otak, “ jelas Dr. dr. Sri Rahardjo Sp. An., KNA, NCC, KAO selaku ketua InaSNACC (Indonesian Society of Neuroanesthesia and Critical Care).
Rahardjo juga menambahkan bahwa, gejala dari stroke ini sangat bervariasi misalnya pandangan kabur, vertigo, kejang, gangguan motorik, sensorik, tremor, gangguan koordinasi, kelumpuhan parsial ataupun total, hilangnya kesadaran sampai kematian, tergantung pada derajat keparahan dan daerah otak mana yang terkena. “Selain itu faktor resiko stroke dapat dibedakan, antara lain faktor resiko yang dapat dimodifikasi yaitu hipertensi, diabetes mellitus (DM), perokok, dan juga hiperkolestrol. Sedangkan yang tidak dapat dimodifikasi adalah unur, gender, dan etnik, “ tambahnya lagi.
Hal yang sama pun diungkapkan oleh dr. Zamroni, Sp.S selaku staff medis di PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Beliau mengungkapkan bahwa salah satu kunci keberhasilan penanganan kasus stroke akut terletak pada pengenalan secara dini tentang gejala stroke yang muncul. Idelanya gejala awal serangan stroke dapat disadari oleh pasien sendiri atau keluarga yang ada, sehingga dapat segera mengupayakan pertolongan medis.
Ada beberapa macam stroke yang harus diperkenalkan atau diberitahukan oleh masyarakat sekitar. “Salah satu cara memahami stroke adalah stroke cincinati yakni menilai dengan perubahan wajah, lengan, dan cara bicara (face, arms, speech, time). Ini sangat mudah diajarkan pada masyarakat awam untuk mengenali gejala stroke. Tenaga medis dapat mengenali tanda stroke dan mengidentifikasi strok, sehingga dapat memberikan tatalaksana yang cepat dan tepat, “ ungkapnya.
Karena stroke merupakan penyebab kematian dan dapat memberi batasan pada aktifitas yang ada di masyakarat, maka perlu dilakukan tindakan untuk mengurangi atau mencegah penyakit tersebut. “Ada banyak hal yang dilakukan untuk mengurangi dan mencegahnya yaitu dengan melakukan trombolisis secara sistematik maupun local regional intra-arterial. Hal tersebut dilakukan agar dapat melancarkan kembali peredaran darah otak sehingga, gangguan darah otak bisa dikurangi atau diminimalkan, “ papar KRT HR Bagaswoto Poedjomartono MD,. Sp.Rad(K).,Sp.KN.,Mkes.,FICA selaku ketua program studi Radiologi Universitas Gajah Mada (UGM)