Untuk pertama kalinya Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menerjunkan 29 mahasiswa didikannya ke salah satu pulau perbatasan Indonesia-Malaysia. Kedua puluh sembilan mahasiswa UMY ini akan melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara, tepatnya di desa Aji Kuning dan Maspul Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara. KKN yang akan dilakukan selama dua bulan ini mengangkat tema Pemberdayaan Masyarakat Perbatasan Indonesia-Malaysia (Pulau Sebatik Kalimantan Utara) melalui Program Sinergitas Pendidikan, Ekonomi Kreatif, dan Penguatan Karakter Pemuda Berbasis Moral dan Intelektual.
Menurut Wakil Rektor I UMY, Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P, KKN tersebut dilaksanakan untuk membantu menyelesaikan permasalahan soaial yang ada di sana. Gunawan mengatakan bahwa pulau Sebatik memiliki sekitar 360,0 Ha perkebunan kelapa sawit atau sekitar 60 persen dari lahan yang ada. Potensi lahan tambak di Kecamatan Sebatik adalah 17,41 Ha, sedangkan pada sektor perikanan 15,7 persen masyarakat berprofesi sebagai nelayan dengan produk unggulan ikan teri ambalat. “Selain itu, potensi wisata di Pulau Sebatik juga cukup berkembang. Setidaknya ada 6 obyek wisata yang dapat dijadikan sebagai lokasi wisata, salah satunya adalah Sungai Taiwan yang memiliki pasir berwarna kuning. Namun, sangat disayangkan sumber daya alam yang ada begitu melimpah namun sumber daya manusia yang mampu mengolah sangat terbatas sehingga perekonomian tetap lemah,” ungkapnya, saat menjadi narasumber dalam acara Jumpa Pers dan Soft Launching KKN Perbatasan, pada Senin (10/8) di Loby Rektorat Gedung AR. Fachruddin A lantai 1 Kampus Terpadu UMY.
Tak hanya itu, permasalahan yang timbul di Pulau Sebatik tersebut menurut Gunawan juga berkaitan dengan posisinya yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Permasalahan yang terjadi seperti masalah nasionalisme, ketergantungan Indonesia terhadap Malaysia, penyelundupan narkoba, penggunaan dua mata uang dan tidak adanya fasilitas pendidikan bagi anak-anak TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang berada di perbatasan sehingga menyebabkan kasus buta aksara bagi anak-anak TKI meningkat. “Berdasarkan permasalahan-permasalahan itulah, UMY kemudian mencoba membantu masyarakat setempat untuk mengatasinya melalui program KKN Tematik UMY yang akan dilaksanakan sejak Agustus hingga Oktober 2015. Mahasiswa yang akan mengikuti KKN ke Sebatik ini juga akan dimulai diberangkatkan pada Rabu (12/8) ba’da Subuh,” ujarnya.
Wakil Rektor Bidang Akademik UMY ini juga menyebutkan bahwa program KKN ke Pulau Sebatik yang merupakan KKN Khusus yang diselenggarakan oleh UMY ini, akan berlanjut hingga tahun 2017. Sementara roadmap kegiatan yang akan dijalankan juga sudah dicanangkan oleh mahasiswa-mahasiswa yang menjadi peserta KKN tersebut. “Tahun 2015 ini ditujukan pada bidang pendidikan nasionalisme dan ekonomi kreatif. Ke depan di tahun 2016 dilanjutkan dengan pendampingan kesehatan dan ekonomi pariwisata, dalam rangka menumbuhkan nasionalisme. Dan tahun 2017 rencananya akan menjadikan Pulau Sebatik tersebut kawasan wisata,” imbuhnya.
Hilman Latief, PhD, Ketua Lembaga Pengembangan, Publikasi dan Penerbitan serta Pengabdian Masyarakat (LP3M) yang membawahi langsung program KKN UMY mengaku bersyukur dengan terselenggaranya KKN perbatasan ini. Karena terselenggaranya KKN tersebut menurutnya juga tidak lepas dari semangat mahasiswa yang ingin membantu memecahkan permasalahan, yang timbul di daerah perbatasan. “Syukur, Alhamdulillah, mahasiswa kami ini bisa membentuk tiga tema yang bisa dilanjutkan oleh adik-adik angkatannya. Kami juga sangat bersyukur karena Kementerian Sosial ikut mendukung kegiatan KKN ini. Mereka juga sudah menghubungkan dengan Dinas Sosial setempat, agar kegiatan KKN ini bisa didukung penuh juga oleh Dinas Sosial setempat,” jelasnya.
Hilman juga menambahkan bahwa Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yang akan membimbing kedua puluh sembilan mahasiswa tersebut, juga merupakan dosen lapangan yang sudah sangat kompeten di bidangnya. Kedua dosen DPL tersebut yakni Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P dan Ahmad Ma’ruf (Dosen Ilmu Ekonomi). “Karena para mahasiswa ini nantinya akan dibimbing oleh dosen yang sangat berpengalaman, jadi kami berharap KKN ini bisa sukses terselenggara. Dan bisa menjalin kerjasama lebih jauh lagi dengan daerah setempat serta institusi-institusi lainnya. Kami juga masih akan berencana mengadakan KKN khusus seperti ini ke daerah-daerah perbatasan lainnya,” imbuhnya.
Sedangkan Deni Febrian mahasiswa Hubungan Internasional 2012 selaku Koordinator Rombongan, mengungkapkan bahwa program yang akan mereka lakukan ialah pengembangan ekonomi kreatif melalui pelatihan pengolahan pangan basis lokal serta pembuatan aksesoris bertema nasionalisme. Mereka juga akan melakukan gerakan masyarakat Sebatik melek ekonomi pariwisata, pelatihan akuntansi dasar, program giat menabung, dan pelatihan kewirausahaan bagi para TKI. “Kami juga akan mengadakan pelatihan IT bagi penduduk setempat, karena menurut hasil survei yang sudah kami lakukan sebelumnya, penduduk di sana masih sangat kurang mengerti tentang IT. Selain itu, kami juga akan mengembangan pendidikan di bidang nasionalisme, seni dan budaya terutama bagi anak-anak TKI, serta sosialisasi tentang kesehatan. Semua kegiatan tersebut nantinya akan dipusatkan di Rumah Bakti Negeri yang merupakan sebuah bangunan fisik yang bisa berfungsi sebagai pusat produksi, koperasi, dan juga tempat belajar bagi anak-anak Sebatik,” jelasnya.
Adapun tujuan dari KKN Tematik di Pulau Sebatik yang rencananya akan menjadi program keberlanjutan hingga tahun 2017 ini yakni untuk meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik di wilayah perbatasan Indonesia melalui Gerakan Pencerdasan dan Penumbuhan Generasi Berkarakter; menjadikan pendidikan sebagai kebutuhan utama masyarakat di wilayah perbatasan, khususnya di Desa Aji Kuning Pulau Sebatik; menumbuhkan rasa memiliki NKRI kepada masyarakat perbatasan melalui pagelaran dan pertunjukan budaya lokal seluruh Indonesia; menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan masyarakat di wilayah perbatasan; meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat di wilayah perbatasan melalui gerakan ekonomi kreatif berbahan baku lokal dan berwawasan nasionalisme; meningkatkan dan menguatkan perekonomian masyarakat Pulau Sebatik dengan penguatan ekonomi kreatif; ikut membantu pemerintah dan masyarakat dalam memaksimalkan potensi sumber daya yang berada di Pulau Sebatik; serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Pulau Sebatik khususnya Sebatik Tengah. (Sakina)