Kesuksesan 29 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dalam melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri. Pengalaman baru dan lingkungan baru menjadi sebuah pelajaran yang sangat berarti bagi mereka, apalagi bisa mebimbing masyarakat di sana dalam mengembangkan potensi di Pulau Sebatik. “Ada 2 desa yang kita dampingi selama 2 bulan di sana, yaitu Aji Kuning dan Maspul, kedua desa tersebut memiliki potensi yang sangat baik. Baik potensi Sumber Daya Alam ataupun Sumber Daya Manusianya. Dari ketiga program yang terdiri dari pendidikan, ekonomi kreatif, dan penguatan karakter pemuda berbasis moral dan intelektual telah dilakukan dengan sangat baik. Untuk itu sebelum masa pengabdian kami selesai, kami telah membuat kader-kader untuk melanjutkan program yang kami lakukan, “ jelas Deni Febrian selaku koordinator rombongan KKN UMY saat diwanwancarai pada Sabtu (17/10) di UMY.
Deni menjelaskan, pada program pendidikan ini tidak hanya mencakup untuk anak-anak saja tetapi juga untuk masyarakat umum tak terkecuali pada orang tua dan manula semua diberi pendidikan. “Misalnya untuk Sekolah Dasar kami mengampu SDN 02 Maspul dan SDN Tapal Batas, kami memberikan pendampingan soft skill. Kami mengenalkan budaya Indonesia dari tarian dan lagu daerah sampai sabang dari merauke. Hal yang perlu diketahui adalah semangat nasionalisme mereka itu 2 kali lebih tinggi dari kita yang ada di sini, kekurangannya adalah mereka kurang tahu tentang budaya-budaya Indonesia sehingga kami diperkenalkan kepada mereka. Selain itu kami juga memberikan pengetahuan terkait dengan bahasa Arab dan juga bahasa Inggris, “ jelasnya.
Selain pendidikan kebudayaan, timpal Mahfud selaku koordinator bidang pendidikan, masyarakat umum termasuk anak-anak, orang dewasa, orang tua, dan manula juga dibekali dengan pendidikan agama. “Untuk anak-anak kami mengadakan TPA yang diadakan setiap ba’da ashar, ba’da magrib, dan sebelum pelajaran dimulai di sekolah pun kami adakan ngaji. Yang kami ajarkan bukan hanya sekedar cara membaca al-quran tetapi juga memberikan pengetahuan tentang rukun iman, rukun islam, nama-nama nabi, dan lain-lainnya. Alasannya, karena pengetahuan mereka tentang pendidikan agama sangat kurang, banyak dari anak-anak yang tidak hafal nama-nama nabi atau nama-nama malaikat. Selain itu, bagi anak-anak SMP-SMA kami ajarkan kaligrafi. Untuk orang tua dan manula kami adakan pengajian setiap 2 minggu sekali dan mendatangkan ahli agama,“ jelasnya.
Kemudian untuk program ekonomi kreatif, banyak pula yang dilakukan oleh Deni dan teman-temannya. Sebagaimana diungkapkan Triwahyuni, selaku koordinator bidang ekonomi kreatif. Secara umum, mereka memberdayakan penduduk setempat untuk lebih aktif dan kreatif dalam mengeksplorasi SDA yang melimpah ke suatu hal yang bisa dikonsumsi atau dijual. “Potensi mereka dalam hal perkebunan durian atau pisang tak perlu ditanyakan lagi. Namun sayangnya, hasil panen durian dan pisang ini hanya diekspor ke negara-negara tetangga dengan harga yang sangat murah. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan perekonomian mereka sekaligus memanfaatkan hasil panen, maka kami memberikan sebuah gagasan baru kepada mereka untuk mengelola hasil panen dan dijadikan cemilan atau makanan khas Sebatik, “ terangnya.
Dari hasil panen di kedua desa tersebut, lanjut Triwahyuni, penduduk desa Aji Kuning dan Maspul diajarkan pula cara membuat dodol pisang, pancake pisang, pancake durian, banana stick, emping biji durian, dan cemilan lainnya. Respon yang positif pun diberikan oleh Bupati Sebatik yang sudah mencoba hasil olahan dari hasil panen tersebut. Mendapat respon positif tidak berarti tidak ada kendala, dengan hasil panen yang melimpah ruah ini sayangnya SDM yang dimiliki nyatanya tak banyak. “Awalnya, kami mengalami kesusahan tapi ada akhirnya kami memberikan motivasi kepada mereka terkait dengan ekonomi kreatif. Masyarakat sangat antusias, bahkan mereka aktif bertanya tentang resep-resep apalagi yang bisa diolah dari hasil panennya,“ lanjutnya.
Selain dalam hal makanan, para pemuda juga diberikan edukasi terkait dengan cara menyablon guna dijadikan buah tangan khas Sebatik. Alasannya, buah tangan khas Sebatik ini belum ada identitasnya, bahkan yang mereka jual ini lebih banyak unsur-unsur Malaysianya. Untuk itu tim KKN UMY ini mengajari para pemuda-pemuda di sana untuk menyablon dan menjadikannya sebagai buah tangan khas Pulau Sebatik. “Namun, disisi lain kami juga mengajarkan remaja-remaja di pulau Sebatik untuk lebih aktif melakukan kegiatan positif. Karena pulau ini menjadi pintu perlintasan kegiatan ekspor dan impor, tak heran dari mereka terjerumus ke arah-arah negatif. Apalagi di tempat ini sering dijadikan sebuah jalan penyelundupan senjata, narkoba, human trafficking, dan lain-lain, maka tak heran jika pemuda di sana banyak yang melakukan hal-hal yang negatif, “ jelas Muamar Irfan Aulia.
Karena banyak pemuda atau remaja yang tidak aktif, lanjut Irfan lagi, maka dalam program penguatan karakter pemuda berbasis moral dan intelektual ia dan teman-temannya mencoba memberdayakan mereka dan melibatkan mereka dalam berbagai macam kegiatan. “Untuk proses awal kami memulainya dengan remaja masjid atau biasa disebut IRMA untuk dilatih dalam hal kepemimpinan. Alasannya, selama ini belum ada kegiatan rutin di IRMA, bahkan anggotanya mayoritas bukan remaja lagi, kebanyakan mereka adalah bapak – bapak yang berusia di atas 25 tahun dan banyak yang mengkonsumsi narkoba. Untuk menanggulangi itu semua sebelum keadaan semakin rumit, maka kami berikan mereka beberapa pendidikan moral misalnya ilmu keorganisasian,“ paparnya.
Irfan memaparkan bahwa tim KKN UMY di Sebatik juga memberikan ilmu-ilmu terkait dengan keorganisasian, seperti bagaimana memimpin anggota, bagaimana membuat event, dan lain-lainnya. Setelah memberikan pendidikan tersebut, tim KKN langsung menerjunkan masyarakat Sebatik untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diajarkan. Pengaplikasikan ini terwujud dengan pembentukan acara Saudara Sebatik Festival 2015, acara ini juga menjadi acara terbesar di Pulau Sebatik, bahkan turut menghadirkan Bupati Sebatik di acara SSF 2015 tersebut. “Dalam acara ini juga kami menghadirkan beberapa kesenian budaya dan menyediakan 20 stand untuk masyarakat umum yang ingin menampilkan karyanya. Selain stand untuk makanan dan kerajinan tangan, kami juga menyediakan stand untuk institusi untuk bisa melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat, “ paparnya.
Irfan menceritakan, bahwa acara SSF 2015 terselanggara dengan sangat baik bahkan mendapatkan pujian dari H. Mashur MA. SH, M.Si selaku Bupati di Pulau Sebatik. “Ketika itu beliau mengatakan bahwa KKN UMY ini merupakan KKN terbaik dari sekian banyak universitas lain yang pernah mengirimkan anggota KKN di Pulau Sebatik ini. Penyataan beliau ini sontak membuat kami merasa berhasil dengan program-program yang telah kami berikan kepada masyarakat di Pulau Sebatik khususnya Desa Aji Kuning dan Maspul, “ jelasnya.
Selain itu, KKN UMY ini juga terlibat dalam membuat desa percontohan bebas narkoba di desa Maspul. Kegiatan ini merupakan kerja sama dari instansi pemerintahan seperti, Pemkab Nunukan, Dinas Kesehatan, BNKN (Badan Narkotika Kabupaten Nunukan), Dompet Dhuafa, dan KORAMIL (Komando Rayon Militer). Semua instansi tersebut akan berkerja sama untuk menjalankan desa percontohan bebas narkoba di desa Maspul.
Irfan dan Deni berharap dengan suksesnya penyelenggaraan KKN kali ini, tahun depan UMY diharapkan bisa kembali mengirimkan mahasiswanya ke pulau-pulau perbatasan lainnya. “Untuk mempermudah lagi, mungkin antara UMY dengan pemerintah-pemerintah setempat sudah bisa membuat MOU sebelumnya, jadi mahasiswa dan kampus nantinya bisa bergerak lebih cepat dan lebih mudah. Kami juga berharap agar UMY juga mendukung penuh kegiatan ini dengan mencantumkan jadwal KKN di kalender akademik, sehingga mahasiswa nantinya bisa lebih antusias untuk bisa mengikuti KKN di pulau-pulau , “ jelas mereka.