Fakta menyebutkan bahwa hampir keseluruhan mahasiswa Kedokteran memilih untuk menjadi Dokter Spesialis. Sementara kapasitas lapangan pekerjaan yang disediakan pemerintah seperti Dokter Spesialis untuk program BPJS hanya 20 persennya saja. Hal tersebut membuat para Dokter memilih bekerja di layanan primer seperti Puskesmas atau Klinik, namun dengan attitude (sikap) seolah-olah menyatakan daripada tidak ada pekerjaan. Sehingga layanan primer menjadi tidak optimal. Ironi seperti ini menunjukkan dibutuhkannya sebuah program yang dapat meningkatkan kualitas Dokter pada Layanan Primer. Sehingga program pendidikan Dokter Layanan Primer (DLP) merupakan solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan di atas.
Hal tersebut diuraikan oleh wakil ketua Majelis Pembina Kesehatan Umat (MPKU) Muhammadiyah, dr. Erwin Santosa, Sp.A, M.Kes. dalam seminar nasional “Pendidikan Dokter Layanan Primer (DLP) untuk Memperkuat Pelayanan Kesehatan Primer yang Berkualitas” di Convention Hall RSU PKU Muhammadiyah Gamping pada Senin sore (21/12). Ia menjelaskan Kondisi Klinik Pratama Muhammadiyah saat ini kekurangan Dokter Tetap (SDM). Hal ini juga dipengaruhi oleh sikap para Dokter baru yang lebih memilih mengambil pendidikan spesialis dengan keyakinan bahwa menjadi dokter spesialis dapat membawa prestise dan kemakmuran. “Jika ini terus terjadi, maka dapat mengakibatkan pelayanan primer seperti di Klinik Pratama Muhammadiyah menjadi stagnan atau bahkan kolaps,” ujar dr. Erwin.
Sementara itu, kondisi Indonesia sedang terpuruk di semua MDGs Goals dan di Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) 2013. “Contohnya adalah banyaknya Angka Kematian Ibu atau AKI yang disebabkan oleh kurang optimalnya pelayanan reproduksi di Layanan Kesehatan Primer. Sehingga hal tersebut menunjukkan komitmen, produktifitas dan kinerja GP (General Practitioner atau Dokter Praktik Umum-red.) di Pelayanan Kesehatan Primer kurang optimal,” papar dr. Erwin.
Oleh karenanya, untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan mendirikan Program Pendidikan Dokter Layanan Primer. “Program DLP merupakan bentuk tanggungjawab terhadap pengabaian layanan primer selama ini. Hal ini juga dikuatkan oleh WHO Report tahun 2008 yang mengatakan bahwa Primary Care More than Ever,” jelas dr. Erwin. Ia juga menambahkan para DLP dengan reward sebagai spesialis maka akan lebih pantas dibanding apabila GP hanya menempuh pendidikan tambahan. DLP akan mengkhususkan dirinya di layanan primer sehingga menghasilkan pelayanan yang cost effective dan efficient. Dan dengan diadakannya program DLP ini, 5 tahun kedepan mahasiswa kedokteran akan lebih memilih DLP daripada spesialis.
“Kesimpulannya program DLP akan lebih memperkuat kualitas dan akan menambah jumlah fasilitas pelayanan kesehatan primer seperti Klinik Pratama Muhammadiyah yang tersebar di berbagai pelosok penjuru tanah air. Dan juga program DLP longterm akan meningkatkan kesehatan di Indonesia,” tambah dr. Erwin.
Sementara itu, Ketua Kolegium Ilmu Kedokteran Layanan Primer Indonesia, Prof. dr. Hari Kusnanto, MPH, Dr.PH menyatakan hal serupa tentang dibutuhkannya Program Pendidikan DLP untuk para dokter. Hal ini dengan ditunjukkannya fakta bahwa pelayanan kesehatan perorangan primer sangat dibutuhkan terutama bagi masyarakat miskin, daerah terpencil, perbatasan, pulau-pulau terluar dan terdepan, serta yang tidak diminati swasta.
“Dokter Layanan Primer adalah dokter spesialis di bidang generalis. Maksudnya adalah spesialis yang bukan hanya mengurusi satu bidang, contohnya spesialis jantung yang hanya mengurusi kesehatan jantung,” jelas Prof. dr. Hari. Ia menambahkan bahwa seorang DLP juga harus memiliki pengetahuan lebih luas tidak hanya di satu spesial bidang saja. Sedangkan kompetensi yang harus dimiliki DLP mencakup kompetensi Dokter berdasarkan SKDI ditambah pengalaman internship ditambah lagi kompetensi DLP. “Jadi DLP harus memiliki kompetensi umum, kompetensi dasar dan kompetensi lanjut,” terangnya.
dr. Iman Permana, M.Kes., Ph.D, selaku ketua panitia menjelaskan bahwa seminar nasional ini merupakan sosialisasi awal tentang pendidikan DLP. “Harapannya tahun depan FKIK UMY akan memunculkan program studi baru yakni Pendidikan DLP ini. Dari seminar ini kami berharap bisa mendapatkan gambaran umum tentang DLP,” jelasnya. dr. Iman menambahkan kedepannya Program Pendidikan DLP akan memberikan manfaat untuk masyarakat dengan kualitas dokter yang lebih baik yang ada di layanan primer daerah-daerah. Selain itu, kedepannya pencegahan terhadap penyakit kronis seperti diabetus mellitus, hipertensi dan stroke dapat ditangani sejak dini. Sehingga dapat mengurangi jumlah penyakit kronis yang menyebar di kalangan masyarakat Indonesia. (deansa)