Sosok Said Tuhuleley mungkin belum dikenal banyak oleh sebagian masyarakat. Seorang tokoh masyarakat yang telah banyak membantu pemerintah dalam memperdayakan kaum Mustadl’affin ataupun kaum yang lemah agar dapat hidup secara wajar. Beberapa persoalan yang perlu diperhatikan oleh pemerintah sendiri yaitu bagaimana supaya kaum dhuafa dan mustadl’afiin dapat hidup secara manusiawi. Kurangnya perhatian pemerintah dalam pemberdayaan rakyat seperti terkait isu kelompok tani, buruh dan nelayan, masyarakat suku terpencil dan terbelakang, kelompok industry kecil, serta difabel, juga menjadi akibat dari tatanan sosial dan perekonomian di Indonesia yang masih memprihatinkan.
“Kita tidak bisa terlepas dari konteks regional dan global. Seperti yang telah kita ketahui, saat ini China telah memegang peranan penting dalam perekonomian dunia. Selain itu juga terdapat seperempat juta di berbagai universitas terkemuka didominasi oleh China. Berbeda di Indonesia yang masih teramat rapuh dalam ekonomi maupun sosial,” ungkap Prof. Dr. Amien Rais saat menghadiri acara renungan akhir tahun 2015 yang diselenggarakan oleh Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Gedung PP Muhammadiyah pada Rabu, (30/12).
Dalam penyampaian tersebut yang mengusung tema “Spirit Pemikiran dan aksi pemberdayaan masyarakat Said Tuhuleley”, Amien juga mengenang sosok pejuang kaum mustadl’affin. Dalam pengakuannya selama mengenal sosok Said, almarhum sering menampakkan perhatian khusus pada lapisan bangsa yang masih mengalami deprivasi sosial maupun ekonomi yang saat ini terdapat 20 persen lebih anak-anak bangsa yang hidupnya berada di bawah garis kemiskinan. “Said sosok yang tegas dan selalu mengangkat kaum dhuafa di luar dari batas kemampuan,”ungkapnya
Berkat usaha Said yang mendedikasikan hidupnya untuk perjuangan kaum lemah, Ia berhasil mendirikan beberapa Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Terpadu yang berbasis di Banjarnegara. Selain itu, Said juga membentuk kader dan motivator bagi kaum muda supaya ikut serta dalam memajukan dan mencintai bidang pertanian. Bukan hanya itu, banyak prestasi yang diraih oleh kaum difabel dari binaan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) yang Said pimpin selama sepuluh tahun. Disamping itu pula, Said menjadi salah seorang saksi dan pelaku gerak kemajuan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Sementara itu, Buya Syafi’i Ma’arif yang juga menjadi salah satu pembicara di acara tersebut menyebutkan, terdapat 90 persen kaum mustadl’affin didominasi oleh masyarakat muslim. Dalam penuturannya, Syafi’i menyebutkan kaum mustadl’affin sebagai kaum yang dilemahkan. “Kaum dhuafa ataupun kaum miskin menjadi lemah secara perekonomian dikarenakan mereka belum bisa bangkit dari kemiskinan. Mereka dilemahkan oleh kebijakan para elit-elit politik sediri. Rakyat-rakyat kecil pun telah muak dengan para penguasa yang tidak mementingkan kaum lemah tersebut,” ujarnya.
Dalam pemaparannya, Syafii juga mengatakan bahwa jika di tiap-tiap daerah memiliki sosok pemimpin seperti Said, Indonesia akan terpegang dan secara perlahan akan mengurangi kaum-kaum dhuafa. Syafii menambahkan, pelajaran yang dapat diambil dari sosok Said Tuhuleley tersebut yaitu Said menginginkan sesuatu selalu sempurna, total, disiplin, dan tentunya tepat waktu. “Untuk menjadi sosok pemimpin seperti Said, jadilah benar-benar sarjana, ulama yang besar, jangan setengah-setengah. Bermimpilah secara total, dan jangan percaya kegagalan,” pesan Syafii.