Untuk mengawali kegiatan berskala Internasional di awal tahun 2016 ini, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), mengundang seorang professor of Hydraulic Engineering bernama Professor Muto Yasunori dari Department of Civil and Environmental Engineering, University of Tokushima, Japan. Dalam kunjungan tersebut, Professor Muto yang di dampingi Dekan Fakultas Teknik UMY, Jazaul Ikhsan, ST., MT., Ph.D, serta Ir. Anita Widianti, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, menjelaskan pengalaman saat terjadi tsunami di Jepang (11/2011) hingga menelan ribuan orang penduduk di Jepang. “Setelah terjadi gelombang besar dari pantai pasifik di Jepang, tsunami menerjang wilayah Tokushima pada menit ke 40. Kondisi saat itu Jepang seperti di ayun-ayunkan karena dahsyatnya kekuatan gempa saat itu,” ungkapn Professor Muto saat berkunjung di UMY pada Rabu, (1/6).
Bukan hanya itu, Prof Dr. Bambang Cipto, MA., juga turut menceritakan kondisi saat peristiwa tsunami terjadi di Aceh. “Sama halnya di Aceh, sebelum tsunami menghantam penduduk, gempa yang berkekuatan sangat tinggi juga meluluh lantakkan bangunan-bangunan hanya dengan hitungan menit,” kenang rektor UMY tersebut.
Dalam pertemuan tersebut, Prof Muto juga mengungkapkan bahwa Jepang perlu melakukan usaha untuk menimalisir jatuhnya banyak korban saat bencana alam seperti tsunami muncul. “Setelah terjadi tsunami tersebut, pemerintahan Jepang membangun bangunan yang tinggi dan tahan gempa. Selain itu juga diperlukan latihan-latihan kesiapan menghadapi bencana di Jepang,” ungkap Prof Muto yang merupakan lulusan University of Bradford (United Kingdom).
Terkait makna dari tsunami sendiri, Prof Muto menjelaskan tsunami merupakan sebuah kata yang berasal dari Bahasa Jepang yang saat ini digunakan di seluruh dunia. “Tsunami artinya tidal wave (gelombang pasang, red) yang datang mendadak dengan kekuatan dari dasar laut sehingga menimbulkan gelombang yang tinggi,” jelasnya.
Dalam pembicaraan tersebut, kedua belah pihak menawarkan pertukaran mahasiswa untuk belajar budaya dan menggali pengetahuan di Tokushima. “Dilihat dari pengalaman dan pengetahuan tersebut, saya kira perlu diadakan pertukaran mahasiswa untuk belajar keluar negeri, seperti ke Jepang dalam waktu yang tidak terlalu lama, saya kira 3 minggu cukup,” ungkap Prof. Bambang lagi.
Namun, Prof Muto menyarankan agar dalam pertukaran mahasiswa itu tidak cukup dilakukan dengan waktu yang singkat, karena Mahasiswa perlu banyak hal untuk dipelajari. “Saya rasa tiga bulan lebih baik dari pada hanya beberapa minggu saja,” harapnya.
Sementara itu, Ir. Anita Widianti, MT menjelaskan rangkaian kegiatan bersama Prof Muto yang dimulai pada tanggal 5 hingga 14 Januari 2016 tersebut, akan diisi dengan beberapa kegiatan yang bermanfaat untuk mahasiswa bahkan dosen di lingkungan Teknik Sipil sendiri. “Rangkaian kegiatan berupa diskusi mengenai pengenalan sistem akademik di Universitas Tokushima, serta ada kegiatan lain berupa short course yang terbuka untuk mahasiswa Teknik Sipil UMY dan beberapa perwakilan dari kampus di Yogyakarta,” ujarnya.
Dalam kunjungan tersebut, Prof Muto juga akan meninjau langsung kondisi sungai Progo bersama para mahasiswa dan disamping itu juga akan memberikan kuliah lapangan sebagai aplikasi terhadap short course yang telah dilaksanakan di kelas sebelumnya.
“Kedatangan professor dan kegiatan diawal tahun 2016 ini diharapkan akan memberikan banyak informasi, kerjasama, serta bermacam faedah yang akan membawa perkembangan jurusan Teknik Sipil UMY ke depan,”harap Anita. (hevi)