Rakyat Indonesia patut berbangga. Walaupun sempat diklaim milik negara tetangga, Malaysia, akhirnya batik diakui dunia sebagai warisan budaya Indonesia melalui pengukuhan ke dalam Representative List of Intangible Cultural Heritage atau daftar representatif Budaya Tak Benda Warisan Manusia oleh badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengurusi bidang pendidikan, ilmu dan budaya, UNESCO pada Oktober 2009 lalu.
Sebagai kain tradisional, batik kaya akan nilai budaya sebagai kerajinan tradisional yang diwarisi secara turun temurun. Pemerintah Indonesia berharap dengan pengukuhan batik sebagai budaya asli Indonesia ini dapat menumbuhkan ketertarikan sosial dari masyarakat Indonesia untuk mencintai dan menyelamatkan budaya asli bangsa ini.
Sebagai langkah untuk mendukung upaya pemerintah dalam pelestarian batik, sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang terdiri dari Edi Kurnianto, Desriyati Nur Wakhidah, Rinda Lestari, dan Riri Rahmadi mencoba mempopulerkan batik kepada generasi muda melalui usaha softcase atau tas laptop dengan motif batik.
Edi sebagai penggagas usaha ini menjelaskan bahwa usaha ini mereka tekuni karena melihat kebutuhan akan laptop di era teknologi informasi dewasa ini kian menjamur. Apalagi di kalangan generasi muda, terutama mahasiswa. Komputer mulai ditinggalkan karena banyak kekurangannya, seperti tidak efisien, sulit dibawa bepergian, terlalu besar, dan berat. Sedangkan laptop lebih efisien, ringan, mudah dibawa, fleksibel, dan beberapa kelebihan lainnya membuat laptop lebih dicari saat ini.
Membaca situasi tersebut, mereka menangkap peluang untuk berwirausaha dengan melihat kebutuhan para mahasiswa yang memiliki laptop atau notebook sebagai sarana penunjang studi. Laptop seakan telah menjadi kebutuhan primer mahasiswa di kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Malang, dan lainnya. Banyak tas laptop yang ada sekarang harganya dirasakan cukup mahal bagi mahasiswa. Maka mereka membuat alternatif tas laptop yang murah dan menarik.
“Semakin banyaknya pengguna laptop berbanding lurus dengan penggunaan softcase atau tas untuk laptop. Tas laptop yang ada sekarang sangat banyak macamnya, mulai yang bermotif kotak-kotak, bunga, kartun, dan sebagainya. Namun sayang harganya cukup mahal buat kantong mahasiswa. Kami ingin menawarkan sesuatu yang berbeda serta mudah didapatkan, dengan menggunakan batik sebagai motifnya,” ujar Edi di Kampus Terpadu UMY, Selasa (09/02).
Edi dan kawan-kawannya telah merintis usaha ini lebih dari setahun yang lalu, tepatnya sejak Januari 2009. perkembangan usaha ini cukup menggembirakan karena banyak mendapatkan apresiasi dari para mahasiswa. Tiap bulannya, biasanya mereka mendapatkan pesanan satu sampai dua lusin tas laptop. Namun di waktu-waktu ramai, seperti bulan Juni atau Juli yang musim liburan, pesanan bisa mencapai jumlah enam lusin per bulannya dengan harga satuannya Rp 40.000,-. Cara penjualan yang mudah melalui katalog, brosur, dan pamfet yang dibagi kepada para calon pembeli juga menjadi daya tarik tersendiri bagi usaha tas laptop batik ini.
Desriyati yang berposisi sebagai kepala pemasaran dan penjualan menyayangkan banyaknya kalangan remaja yang beranggapan bahwa batik itu terkesan kuno. Padahal corak batik sekarang sangat banyak dan indah. Batik saat ini sudah bukan hanya dapat dijadikan sebagai kain selendang, pakaian, atau sejenisnya. Namun juga dapat dijadikan sebagai bahan dasar atau sampul softcase yang cantik.
Softcase batik yang diproduksi oleh Edi dan teman-temannya ini memiliki beberapa kelebihan dibanding softcase biasa. “Selain unik karena terbuat dari kain batik yang lembut, motifnya beragam, anti gores, dan sangat sesuai dengan ukuran laptop. Softcase dengan motif batik ini lebih menarik, kuat, aman dari benturan karena dilapisi busa, bahannya lembut dan tidak menggores. Harganya pun sangat terjangkau oleh konsumen,” jelas Desri.
Konsumen dapat memilih berbagai macam pilihan sesuai selera, mulai dari kain batik yang biasa hingga yang semi sutra. Tas laptop batik ini menggunakan busa sebagai pelindung dari benturan, kain furing kualitas terbaik sehingga laptop tidak tergores saat dimasukkan, menggunakan perekat agar keadaan laptop tidak berubah saat dibawa, menggunakan tali di bagian atas sehingga mudah untuk membawanya.
Edi mengungkapkan bahwa selain softcase batik, mereka juga memproduksi tas, cover handphone, dan beberapa produk lainnya, yang tentunya menggunakan batik sebagai motifnya. Softcase batik ini telah dijual di berbagai kampus di kota-kota besar. Mereka melayani pesanan, tidak hanya dari dalam Yogyakarta saja, namun hingga ke luar kota.
“Mudah-mudahan batik semakin populer dengan semakin banyaknya produk yang menggunakan batik sebagai motif atau coraknya. Akan sia-sia pengukuhan batik sebagai budaya Indonesia oleh UNESCO jika hanya berhenti pada seremonial pengukuhan saja, namun tidak kembali membudaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia,” imbuh Edi.