Berita

Kecurangan Akademik Merusak Moral Bangsa

Realitas pendidikan di Indonesia belum cukup berhasil dalam menciptakan moral yang baik. Hal ini bisa dilihat dari masih maraknya berbagai fenomena yang menggambarkan rusaknya moral peserta didik. Salah satunya yang masih meresahkan adalah fenomena perilaku mencontek atau dalam istilah penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Uyun selaku promofendus pada sidang promosi doktor ke- 34 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta disebut dengan kecurangan akademik.

Dalam pemaparan dosen Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang saat memaparkan hasil disertasinya tersebut mengungkapkan bahwa perilaku kecurangan akademik sering dilakukan pada saat ujian nasional dan ujian sekolah. Muhamad menyebutkan bahwa jika melihat kembali peristiwa tahun 2010 telah banyak kecurangan akademik, bukan hanya dilakukan oleh mahasiswa, namun juga dilakukan oleh tenaga pengajar, bahkan calon guru besar.

“Di tahun 2010 yang lalu paling tidak ada empat kasus besar dalam kecurangan akademik. Pertama berkaitan dengan dicabutnya gelar guru besar seorang tenaga pengajar karena ketahuan menjiplak karya orang lain. Dua kasus lainnya adalah penjiplakan skripsi mahasiswa jenjang sarjana yang dilakukan oleh dua orang dosen yang berbeda dalam usaha mereka untuk mendapatkan kredit bagi pengangkatan guru besar mereka. Kasus keempat adalah penjiplakan karya ilmuwan Austria oleh seorang guru besar perguruan tinggi di Kota Bandung,” papar Muhamad, Sabtu (7/1) di Ruang Sidang Gedung Pascasarjana UMY lantai 1.

Menurut Muhamad pada disertasi yang mengangkat tema “Kecurangan Akademik Mahasiswa di Perguruan Tinggi Kota Palembang” mengatakan bahwa kecurangan akademik yang saat ini masih dilakukan oleh civitas akademika, masih dianggap bukan menjadi masalah yang serius. Padahal, ketidakadanya keseriusan dalam mengurangi kecurangan akademik menjadi permasalahan ironis di Indonesia, jika dilihat dari adanya kecurangan yang bahkan dilakukan juga oleh dosen dan guru yang notabene adalah model percontohan bagi para siswa itu sendiri.

Jika kecurangan akademik terus dilakukan, Muhamad melanjutkan bahwa akan terjadi pemicu perilaku kecurangan di konteks lainnya. “Kecurangan akademis ini terbukti berkorelasi di tempat kerja, dan sekali perilaku curang dianggap sebagai alternatif yang dapat diterima, maka perilaku tersebut cenderung juga akan dilakukan pada berbagai situasi lainnya,” ungkap Muhamad. Dalam ujian terbuka sidang promosi doktor ini, Muhamad lulus dengan predikat sangat memuaskan. (hv)