Dua tahun memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), semakin banyak bermunculan pengusaha di Indonesia dari berbagai kalangan. Meskipun jauh sebelum ditetapkan MEA, telah banyak muncul pengusaha yang memulai dari nol, salah satunya yaitu Yasa Paramitha Singgih. Pengusaha yang memulai bisnis sejak berusia 15 tahun tersebut mengaku dari keluarga yang kurang berada. Yasa memulai bisnisnya dengan modal keinginan yang kuat, dan harus siap dengan resiko yang diterima.
“Menjadi seorang pengusaha yang sukses, tergantung dari mental masing-masing orang. Meskipun saat ini telah banyak pengusaha sukses dan memiliki brand, jangan menjadi takut untuk memulai. Sebesar apapun brand yang ada, akan selalu ada peluang untuk menggantikannya,” ujar Yasa saat membagi pengalamannya pada Talkshow Kewirausahaan, Kamis (6/4) di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Acara ini juga merupakan rangkaian dari Festival Kewirausahaan Mahasiswa UMY yang diselenggarakan dalam rangka Milad UMY ke-36. Selain Talkshow juga ada Kompetisi dan Pameran Poster, Seminar Business Plan pada 11 April 2017, Expo dan Bazar Kewirausaahan, serta Kompetisi Business Plan pada 17 hingga 29 April 2017.
Pengusaha yang telah memulai bisnisnya saat menginjak bangku SMP tersebut memaparkan, keberaniannya muncul di saat kondisi ayahnya yang sedang terkena serangan jantung. Yasa beranggapan, usaha yang sering dilakukan oleh anak muda yaitu bisnis makanan dan fashion. Hingga pada akhirnya, Yasa memilih untuk memulai bisnis bidang fashion, dengan membuat kaos yang didesain menggunakan Microsoft word. “Saya pada waktu itu belum bisa membuat desain dengan corel draw, atau photoshop. Saya mencoba desain dengan menggunakan Microsoft word. Langkah ini membuat saya dibilang aneh oleh temen saya. Tapi saya tidak malu, hingga akhirnya ketika usaha ini sukses, banyak yang mengapresiasi langkah saya,” paparnya.
Owner Men’s Republic yang saat ini telah memasarkan produknya hingga 15 negara di seluruh dunia tersebut memiliki prinsip bahwa dalam berwirausaha, yang diperlukan adalah action bukan mencari tahu pengusaha lain yang telah meraih kesuksesan. “Jika ingin berwirausaha, mulailah dari yang sederhana. Sebagai contoh sebelum saya memulai bisnis sepatu, saya melihat belum banyak model yang saya suka. Ini bisa menjadi peluang untuk memulai. Selain itu, jangan cari tahu banyak hal (pengusaha sukses, red). Jika kalian mencari tahu, kalian akan takut memulai dan secara tidak langsung akan semakin tahu resiko yang didapat,” pesannya.
Senada dengan yang dikatakan oleh Yasa, Cholidi Asadil Alam yang merupakan pengusaha Serabi Duren dan Resto Ody Bangil, mengatakan bahwa mental seorang pengusaha berawal dari keberanian untuk berani memulai. “Mental pengusaha itu apa yang tidak ada yang menjual, kita harus bisa mengadakan. Saat diberi kesempatan bertemu dengan almarhum Bob Sadino, beliau mengatakan bahwa yang dicari seorang pengusaha bukan untungnya, tapi rugi. Ini artinya, jika para pengusaha hanya mencari untungnya saja, pasti akan malas untuk melanjutkan. Berbeda dengan mencari rugi, yang mentalnya jauh lebih kuat jika mengalami kebangkrutan,” ujar pemain film Ketika Cinta Bertasbih tersebut.
Berbeda halnya dengan Yasa yang memulai bisnis di bidang fashion, Cholidi yang memulai bisnisnya di bidang makanan tersebut mengaku harus berani berinovasi. Disamping inovasi yang unik, diperlukan juga cita rasa yang kuat, pelayanan yang baik, serta kebersihan agar usaha tetap berjalan. “Jika ingin berbisnis makanan, tantangannya sangat berat. Di samping harus memiliki keunikan rasa yang enak, owner harus terjun langsung. Jika ditinggal untuk kepentingan lain, akan mempengaruhi cita rasa, dan tentunya akan mempengaruhi omzet. Jika stuck dengan produk yang dikerjakan, tidak ada perkembangan yang baik, kita bisa mencoba usaha lainnya tanpa harus meninggalkan produk yang telah dirintis,” jelasnya.
Kenikmatan dalam berwirausaha telah dirasakan oleh Cholidi saat memilih berbisnis daripada terikat kontrak. “Rizki yang Allah berikan di muka bumi ini yang paling besar yaitu berdagang. Dengan berdagang, kita bisa meraih kemerdekaan. Artinya kita akan merdeka dalam hal waktu. Kapan pun terserah kita yang mengelola. Kedua, kita juga merdeka secara finansial. Sedikit ataupun banyak uang yang kita miliki dari hasil usaha, uang milik kita. Jadilah pengusaha yang memiliki mental yang kuat. Sebuah Negara yang banyak pengusaha, akan menjadikan Negara lebih maju,” ujarnya. (hv)