Berita

Kesibukan Bukan Alasan Tinggalkan Al Qur’an

Kitab suci Al Qur’an merupakan satu-satunya kitab yang terjaga keasliannya walaupun telah diturunkan pada 14 abad yang lalu. Kalam Allah swt yang dibawakan oleh Muhammad saw, bagi siapapun yang membaca dan mengamalkannya, Allah swt akan memberikan ketenangan serta malaikat akan turut mengelilinginya. Berbagai manfaat yang akan didapatinya, namun masih banyak umat muslimin yang mengabaikan Al Qur’an. Hal tersebut seperti halnya yang dikatakan oleh Umar Hidayat selaku pembicara pada Talkshow Islami yang bertemakan “Kesempurnaan Al Qur’an.”

“Andaikan umat muslimin mengetahui bagaimana sahabat Rasulullah saw tidak pernah berlepas diri dari Al Qur’an, pasti akan merasakan kenikmatan bersahabat dengan Al Qur’an. Jika kita tidak berlepas diri dari Al Qur’an, insyaAllah di akhirat nanti Al Qur’an lah yang akan menjadi penyelamat,” ujar mantan koordinator Komunitas One Daya One Juz (ODOJ) wilayah Yogyakarta, Sabtu (22/4) di Gedung AR Fachruddin B lantai 5 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Dalam acara yang diadakan oleh Keluarga Mahasiswa Teknologi Informasi Fakultas Teknik (KMTI) UMY tersebut, pembicara yang akrab disapa ustad Umar kembali mengatakan bahwa umat muslimin khususnya kaum muda masih banyak yang mengesampingkan Al Qur’an. Waktu luang yang dipergunakan, banyak yang digunakan untuk mengakses media sosial maupun mainan gadget dari pada membaca Al Qur’an itu sendiri. Agar termotivasi menjadi salah satu ahlul qur’an (yang selalu membaca dan mengajarkan Al Qur’an), diperlukan pembiasaan meskipun dipaksakan.

“Sebagai penyemangat diri menjadi ahlul qur’an, khususnya bagi anak muda yang banyak aktivitasnya, tentu bisa belajar dari para senior yang kesibukannya jauh lebih padat namun masih tetap menyempatkan diri belajar atau membaca Al Qur’an. Gunakan waktu khusus antara maghrib dan isya’ tanpa melakukan aktivitas apapun kecuali untuk tilawah. Kita akan menemukan banyak manfaat dengan membaca Al Qur’an secara kontinu,” paparnya.

Ustad Umar mengatakan lebih lanjut bahwa landasan agar semangat belajar dan membaca Al Qur’an yaitu perlunya sifat mahabbah (kecintaan) kepada Al Qur’an. Jika di dalam hati telah muncul sifat tersebut, membaca Al Qur’an tidak akan sulit dalam memulainya. “Proses untuk mencintai Al Qur’an yaitu dengan mengenal, memaksakan diri, dan pada akhirnya muncul kebiasaan. Jika kita ingin menjadi ahlul qur’an, mulailah dari tahapan yang paling bawah. Tahapan membaca adalah tahapan yang paling bawah, setelah itu tadabbur (memahami Al Qur’an, red), menghafal, dan mengajarkan,” ungkapnya. (hv)