Wakil Rektor 1 Univesitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Anjar Nugroho, S.Ag,MSI resmi meraih gelar Doktor dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Selasa sore (20/6). Dalam sidang promosi Doktor yang diadakan di Ruang Sidang Amphiteater lt.4 Gedung Pascasarjana, Anjar meraih predikat cumlaude dan resmi menjadi Doktor ke-40 yang telah diluluskan oleh UMY. Acara ini juga dihadiri oleh Rektor UMP dan segenap jajarannya.
Dalam disertasinya, Anjar memilih judul “Pemikiran Ali Syari’ati Tentang Islam Revolusioner”. Seperti diketahui, Ali Syari’ati merupakan tokoh bersejarah revolusi Iran pada tahun 1979. Anjar menegaskan perlunya mengkaji pemikiran revolusioner Ali Syari’ati, karena Syari’ati merupakan prototype cendekiawan Islam yang melaju diantara pusaran konservatisme pemikiran Islam yang menekankan Islam sebagai agama yang terpisah dengan persoalan-persoalan nyata dalam kehidupan masyarakat, dan sekularisme pemikiran yang begitu terpesona dengan modernisme Barat dan meninggalkan Tradisi Suci Agama.”Dalam hal ini, Syari’ati menawarkan model lain yang diistilahkan oleh Antoni Gidden sebagai the third way, yaitu Islam revolusioner. Islam yang mengambil posisi sebagai jalan revolusi menuju pembebasan umat atas segala macam bentuk ketidakadilan dan penindasan,” jelasnya.
Ali Syari’ati, papar Anjar lagi, juga merupakan salah satu dari sedikit para pemikir Iran yang tengah gundah dengan fenomena kekuasaan Syah Reza Pahlevi yang mengumbar ketidakadilan dan kesewenang-wenangan. “Saat para ulama Syiah kebanyakan bungkam atau mengambil sikap diam dan menjaga jarak dengan sosio-politik kala itu, Syari’ati tampil melontarkan gagasan radikal tentang oposisi dan revolusi yang bersumber pada ajaran Syi’ah yang sudah dicangkokkan dengan tradisi revolusioner Dunia Ketiga dan Marxisme. Syari’ati berhasil membangun ideologi Islam revolusioner yang lantas ditawarkan sebagai alternatif atas kecenderungan Marxis dan nasionalis-sekular yang banyak digemari kalangan muda Iran,”tambahnya.
Anjar kembali menjelaskan bahwa pokok-pokok pemikiran Ali Syari’ati tidak bisa dilepaskan dari Marxisme, tetapi Syari’ati menerima pemikiran Marx dengan kritik dan ia menawarkan sintesa Antara Marxisme dengan Islam. “Pokok-pokok analisa Marx yang digunakan Ali Syari’ati adalah konsepsi tentang sejarah, masyarakat, kelas, aparatur Negara, ekonomi kebudayaan serta tentang propaganda revolusioner. Titik pisah Ali Syari’ati dengan pemikiran Marx adalah pada cita-cita akhir yakni penghapusan milik pribadi, terbentuknya masyarakat tanpa kelas dan komunisme. Ali Syari’ati tetap pada prinsip dasar bahwa Islam membolehkan hak milik pribadi, yang Islam larang adalah monopoli dan eksploitasi, yang merupakan ruh kapitalisme,”jelasnya lagi.
Di akhir penjelasannya, Anjar menyimpulkan bahwa pemikiran revolusioner Ali Syari’ati menunjukkan Islam dalam watak otentiknya adalah agama yang transformatik-revolusioner yaitu agama yang menyediakan seperangkat ajaran yang mendorong pengikutnya menjadi agen-agen perubahan. “Universalitas Islam saat bertemu ideologi-ideologi besar di dunia, termasuk Marxisme, tidak akan menghilangkan peran vital Islam, tetapi justru akan memperkaya secara metodologis karakter revolusioner Islam,”tutupnya. Dalam Sidang Promosinya, Anjar dipromotori oleh Prof. Dr. Tulus Warsito dan Dr. Surwandono, M.Si. Anjar Nugroho dinyatakan lulus dalam sidang promosi dan akan diberikan gelar Doktor Politik Islam. (bagas)