Komunitas Mahardika Bakti Nusantara (MBN) sukses menggelar Pameran Seni bertajuk Nigeyo Kokoda pada 21-24 April 2018 bertempat di Galeri SMSR Yogyakarta. Pameran ini merupakan kali kedua dihelat setelah sebelumnya dilaksanakan pada bulan April 2017 di Galeri Bentara Budaya Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan bentuk edukasi dan informasi mengenai Suku Kokoda, salah satu suku di Papua Barat yang mendiami Kampung Warmon di Distrik Mayamuk kabupaten Sorong. MBN sendiri merupakan komunitas yang berawal dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mandiri Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang diterjunkan di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) Indonesia.
Mengangkat tema “Menelisik Kehidupan Masyarakat Urban Suku Kokoda”, komunitas MBN memberikan informasi lanjutan dari pameran sebelumnya yang memperkenalkan Suku Kokoda. “Suku Kokoda sendiri banyak mendiami daerah Sorong dan Sorong Selatan yang merupakan pemekaran dari kabupaten Sorong. Termasuk yang menempati kampung Warmon, daerah pengabdian KKN MBN. Kampung Warmon merupakan kampung yang baru berdiri 3 tahun lalu, setelah sebelumnya mereka adalah bagian dari kampung Makbusun, yaitu kampung transmigran di daerah tersebut. Dengan umur desa yang tergolong baru, keadaan ekonomi masyarakat di sana belum berimbang. Juga karena masih dipraktikkannya budaya berburu dan meramu oleh warga Kokoda, ini menjadi hal yang cukup menarik perhatian. Di tengah modernitas yang terus melanda desa seperti mulai tergantinya rumah panggung tradisional menjadi rumah batu-bata turut memengaruhi pola interaksi antar warga,” ungkap Nafis Nidhomi sebagai anggota dari KKN MBN periode ke- 2, saat diwawancarai di sela-sela pameran, Selasa malam (24/4).
Nafis menyebutkan bahwa warga Kokoda kini dihadapkan pada modernisasi di tengah-tengah masyarakat yang menjunjung tinggi adatnya. “Acara Nigeyo Kokoda jilid 2 ini diharapkan akan membangun awareness masyarakat, khususnya di wilayah DIY dan sekitarnya. Mengingat Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota budaya maka sudah sepatutnya kita turut memikirkan daerah lain yang juga jadi bagian dari Indonesia. Dengan sumber daya yang lebih mumpuni diharapkan masyarakat sekitar tak ragu lagi untuk turut mengabdikan dirinya ke seluruh penjuru negeri. Menularkan inovasi kreatif demi pembangunan dengan membangun dan mewujudkan masyarakat yang beradab dan berbudaya,” jelasnya.
Bahtiar Dwi Kurniawan, S.Fil, MA, sebagai dosen pembimbing lapangan KKN MBN menyebutkan bahwa pementasan ini dapat menjadi medium yang baik untuk sosialisasi kekayaan Indonesia. “Pementasan dan pameran seni dari dokumentasi selama berada lebih dari 2 bulan di sana semoga dapat menjadi penghayatan yang baik bagi seluruh pengunjung. Sehingga dapat menumbuhkan kepedulian dan kebersamaan antar warga Indonesia juga menumbuhkan kecintaan kepada kekayaan negara dengan kebudayaan yang beragam,” ungkapnya.
Bahtiar juga berharap agar UMY sebagai sebuah institusi pendidikan yang mengabdi pada masyarakat dapat terus mendukung kegiatan KKN di wilayah 3T Indonesia. “KKN 3T ini merupakan bentuk konkret dari usaha UMY untuk memperkuat bangunan kebangsaan. Kita berkomitmen untuk menjadi pelopor untuk mengawasi kebinekaan Indonesia. Karena itu UMY akan kembali menerjunkan KKN ke wilayah 3T Indonesia salah satunya kembali ke Kokoda yang akan diterjunkan pada awal Juli ini,” paparnya kembali.
Sebagai kegiatan edukatif kultural, pameran dan pementasan ini menampilkan berbagai acara diantaranya : pameran foto dan benda adat suku Kokoda, dan pagelaran seni dari banyak bintang tamu. Diantara bintang tamu terdiri dari seniman-seniman dan pegiat seni di Yogyakarta, salah satunya yaitu Gie, The Godspeed, Doa Ibu, Kolektor Peluru, Klif, Komunitas Sakatoya, Kelompok Tari Novi, Laguna Kata, Ninja Dingdong, Adorabel, Tuna Nada, Generasi Palem, Chromestesia, Marni and The Hansip, HMJ Ethomusikologi, dan EME KOKODA yang menampilkan tarian Burung Maleo. (raditia)