Berita

Taman kota dan Jalan di Pinggir Sungai Cegah Banjir

Banjir yang terjadi di berbagai daerah telah menjadi proses alam yang semakin kerap terjadi secara berkala. Sehingga bencana banjir pun sudah semakin mudah untuk diprediksi. Sekarang, tinggal bagaimana membangun kesadaran masyarakat untuk tanggap banjir. Di negara-negara maju, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membangun fasilitas umum di sepanjang pinggiran sungai.

Demikian disampaikan Jazaul Ikhsan, ST., MT., Ph.D, Ketua Pusat Studi Lingkungan dan Bencana (PSLB) UMY saat diwawancarai di Kampus Terpadu UMY , Sabtu (19/11). Fasilitas umum yang dimaksud Jazaul misalnya dengan taman kota dan jalan untuk pejalan kaki.

Pembangunan jalan di pinggir sungai, menurut Jazaul dapat digunakan masyarakat melakukan berbagai aktifitas. Misalnya digunakan sebagai area jogging atau berolahraga. Demikian juga dengan adanya taman yang mendorong masyarakat untuk berkunjung. Hal ini merupakan sebuah bentuk penghargaan bagi sungai karena dengan fasilitas umum di sepanjang sungai, paling tidak menjadikan area tersebut terkontrol dan tidak terbengkalai. “Tidak hanya pemerintah, masyarakat akan sadar bahwa kita perlu merawat sungai demi meminimalisasi dampak meluapnya air sungai yang kerap terjadi di daerah tersebut.”, jelas Dosen Teknik Sipil UMY itu.

Lebih lanjut Jazaul menjelaskan, pilihan membangun fasilitas umum daripada pemukiman masyarakat di sepanjang pinggiran sungai mengurangi kerugian yang dirasakan masyarakat jika terjadi banjir di daerah tersebut. “Paling tidak saat terjadi banjir, fasilitas umumlah yang mengalami kerusakan. Bukan fasilitas pribadi bahkan korban jiwa.” terangnya.

Upaya lain yang dinilai baik oleh Jazaul adalah upaya masyarakat untuk membangun rumah dengan menghadap sungai. Dengan menghadap sungai, sungai di daerah tersebut akan lebih terpantau. “Setiap orang pasti ingin membuat suasana di depan rumahnya menjadi nyaman. Akan sangat berbeda perlakuannya apabila rumah membelakangi sungai. Masyarakat Kalicode sudah mulai melakukan itu”, terangnya.

Upaya membangun kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan sekitar sungai menurut Jazaul memang menjadi hal utama yang dapat dilakukan. Kerja bakti mengeruk pasir atau membuang sampah pada tempatnya menjadi upaya yang harus digalakkan secara rutin di daerah-daerah rawan banjir. “Di Yogyakarta, pertemuan Kali Code, Kali Opak, dana Kali Oyo misalnya, masyarakatnya harus terus meningkatkan hal-hal semcam itu karena berpotensi terjadi banjir setiap musim hujan seperti yang sudah diprediksi BNPB” jelasnya.

Alasan lain penggalakan kerja bakti ini menurut Jazaul adalah karena masyarakat sekitar sungai yang merasa sudah nyaman dengan tempat tinggal mereka sehingga upaya relokasi masyarakat ke daerah yang lebih aman tidak memungkinkan untuk dilakukan. “Mereka sudah biasa dengan datangnya banjir. Toh tidak terjadi dalam jangka waktu lama seperti di Jakarta yang hingga berhari-hari. Kini tinggal terus diupayakan kesadaran masyarakat untuk mengantisipasi dampak besar banjir”, tandasnya.