Berita

Jurnalis Dituntut Multiplatform

Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat saat ini ternyata ikut mempengaruhi profesi jurnalis. Maraknya penggunaan perangkat-perangkat yang mudah diakses membuat media-media cetak ikut merambah bentuk media lain sehingga jurnalis dituntut mulitiplatform.

Hal ini disampaikan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (PWI DIY) Drs. Sihono HT M.Si dalam Pelatihan Jurnalistik “Strategi Menjadi Jurnalis di Era Cyber Media” yang diadakan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (BEM FE UMY), Kamis (5/4) di Ruang Sidang AR Fahrudin B Kampus Terpadu UMY. Selain Sihono, BEM FE UMY juga menghadirkan Dosen FE UMY, Ahmad Ma’ruf SE, M.Si dalam acara tersebut.

Menurut Sihono, terjangkaunya harga alat-alat online membuat publik semakin menggandrungi kemudahan mengakses informasi secara online. 84,7 juta pengguna internet di Indonesia diperkirakan akan meningkat menjadi 135,2 Juta pada tahun 2013. Perkembangan yang signifikan ini juga terlihat dari bertambahnya konsumsi media online menjadi 33% di Indonesia mengalahkan konsumsi media cetak dan radio. “Wajar jika para pengelola media cetak kini berusaha mengembangkan usahanya ke bentuk media lain terutama media online”, jelasnya.

Pada kondisi seperti inilah para pengelola media akhirnya juga menuntut jurnalis untuk dapat menyediakan informasi yang dapat dipublikasikan di berbagai macam bentuk media. Hal ini membutuhkan kemampuan ekstra para pembuat berita lantaran tiap bentuk media juga menuntut penyajian berita yang berbeda pula. Jurnalis media cetak misalnya, kini dituntut membuat laporan yang lebih cepat dan singkat untuk media online.

“Kini muncul kebutuhan upaya sinergitas pada antisipasi perkembangan pengelolaan media yang dilakukan para pengelola. Jurnalis Koran melaporkan untuk radio. Jurnalis radio melaporkan untuk media televisi, dan seterusnya. Jurnalis media online misalnya bisa memproduksi berita berdasarkan wawancara tamu yang datang ke studio televisi atau radio” tandas Sihono.

Pada akhirnya Sihono menjelaskan, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para jurnalis di Indonesia. Tuntutan saat ini tidak hanya pada kesadaran tentang etika dan hukum serta pengetahuan umum maupun prinsip jurnalistik. Saat ini jurnalis juga dituntut untuk juga mengikuti perkembangan teknologi. “Mereka harus terampil menggunakan alat dan teknologi informasi yang ada saat ini. Ini memudahkan mereka memenuhi tuntutan sebagai jurnalis multiplatform” pungkasnya. (fariz)

Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat saat ini ternyata ikut mempengaruhi profesi jurnalis. Maraknya penggunaan perangkat-perangkat yang mudah diakses membuat media-media cetak ikut merambah bentuk media lain sehingga jurnalis dituntut mulitiplatform.

Hal ini disampaikan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (PWI DIY) Drs. Sihono HT M.Si dalam Pelatihan Jurnalistik “Strategi Menjadi Jurnalis di Era Cyber Media” yang diadakan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (BEM FE UMY), Kamis (5/4) di Ruang Sidang AR Fahrudin B Kampus Terpadu UMY. Selain Sihono, BEM FE UMY juga menghadirkan Dosen FE UMY, Ahmad Ma’ruf SE, M.Si dalam acara tersebut.

Menurut Sihono, terjangkaunya harga alat-alat online membuat publik semakin menggandrungi kemudahan mengakses informasi secara online. 84,7 juta pengguna internet di Indonesia diperkirakan akan meningkat menjadi 135,2 Juta pada tahun 2013. Perkembangan yang signifikan ini juga terlihat dari bertambahnya konsumsi media online menjadi 33% di Indonesia mengalahkan konsumsi media cetak dan radio. “Wajar jika para pengelola media cetak kini berusaha mengembangkan usahanya ke bentuk media lain terutama media online”, jelasnya.

Pada kondisi seperti inilah para pengelola media akhirnya juga menuntut jurnalis untuk dapat menyediakan informasi yang dapat dipublikasikan di berbagai macam bentuk media. Hal ini membutuhkan kemampuan ekstra para pembuat berita lantaran tiap bentuk media juga menuntut penyajian berita yang berbeda pula. Jurnalis media cetak misalnya, kini dituntut membuat laporan yang lebih cepat dan singkat untuk media online.

“Kini muncul kebutuhan upaya sinergitas pada antisipasi perkembangan pengelolaan media yang dilakukan para pengelola. Jurnalis Koran melaporkan untuk radio. Jurnalis radio melaporkan untuk media televisi, dan seterusnya. Jurnalis media online misalnya bisa memproduksi berita berdasarkan wawancara tamu yang datang ke studio televisi atau radio” tandas Sihono.

Pada akhirnya Sihono menjelaskan, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para jurnalis di Indonesia. Tuntutan saat ini tidak hanya pada kesadaran tentang etika dan hukum serta pengetahuan umum maupun prinsip jurnalistik. Saat ini jurnalis juga dituntut untuk juga mengikuti perkembangan teknologi. “Mereka harus terampil menggunakan alat dan teknologi informasi yang ada saat ini. Ini memudahkan mereka memenuhi tuntutan sebagai jurnalis multiplatform” pungkasnya. (fariz)

Share This Post

Berita Terkini