Berita

UMKM Go Digital, KKN 212 UMY Bantu Berdayakan Batik Khas Tegal

Berangkat dari permasalahan mengenai Batik Tegal yang masih kurang dikenal di tengah masyarakat, kelompok 212 Kuliah Kerja Nyata Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menjalankan program UMKM Go Digital di Desa Pagongan, Dukuhturi, Kabupaten Tegal. Tujuannya adalah untuk membantu mengembangkan usaha batik khas Tegal agar lebih dikenal khalayak luas serta membantu UMKM lokal agar bisa memajukan potensi perekonomian di Tegal.

Belum banyak yang tahu bahwa di Kabupaten Tegal khususnya di Desa Pagongan memiliki ciri khas batik yang mungkin dapat bersaing di industri batik Nasional. Pasalnya selama ini orang hanya menyadari dan tahu tentang tersohornya batik Pekalongan, yang notabene tetangga dari Kabupaten Tegal di wilayah Pantai Utara (Pantura). Hal ini menjadi perhatian KKN 212 UMY untuk membantu UMKM Tegal berbicara di industri batik.

Dikatakan oleh Fairuz Arta Abhipraya salah satu anggota KKN 212 UMY bahwa batik Tegal merupakan salah satu yang autentik dan bisa berbicara banyak di industri batik Nasional. “Batik Tegal itu autentik, sebab kebanyakan dari batik Tegal mengarah ke batik tulis dan setiap yang diproduksi eksklusif karena tidak mudah untuk ditiru. Maka dari itu batik Tegal sebenarnya menjadi salah satu usaha untuk meningkatkan perekonomian Tegal melalui UMKM-nya, tapi sayangnya belum terlalu dikenal,” tuturnya melalui pesan singkat, pada Selasa (1/9).

Tidak adanya sentra batik seperti yang terdapat di Pekalongan, membuat industri batik belum terlalu berkembang di wilayah Kabupaten Tegal. Kurangnya pemahaman pemasaran yang baik, dan kurang melek digital telah membuat batik Tegal tertinggal dari para kompetitor. “Kami pikir pemahaman pemasaran produk masih belum baik di Tegal. Salah satu usaha batik dari UMKM yang kami bantu juga mengalami hal serupa, mereka mendapatkan konsumen hanya dari pemerintah atau proyek-proyek pengadaan barang saja, itu pun setahun sekali, padahal produksinya bisa setiap bulan. Mereka tidak memiliki akun jualan online, jadi hanya menjual produknya secara konvensional di butik. Padahal harusnya bisa lebih modern,” sambung Fairuz.

Melihat kondisi yang ada, kelompok KKN 212 UMY memberikan pelatihan terkait cara meningkatkan penjualan dan melakukan pengemasan barang yang baik. Mereka memberikan pelatihan berupa penggunaan sosial media dan cara mengoperasikan akun di E-commerce. “Ibu pemilik usaha batiknya belum memahami dengan baik penggunaan teknologi. Jadi kami bantu itu, kami juga memberikan cara memotret produk dengan baik agar terlihat menarik dan membuat orang tertarik untuk membeli produk batik ini. Kami juga membuatkan logo batik agar mudah diingat oleh masyarakat,” imbuh Fairuz.

Ada perbedaan KKN tahun 2020 dengan tahun-tahun sebelumnya. KKN tahun ini harus dijalani di masa pandemi virus Covid-19 yang sejak Maret hingga sekarang masih belum selesai. UMY memberikan fasilitas KKN reguler 2020 berbasis IT kepada mahasiswanya, salah satunya KKN 212 ini. Mereka harus berkomunikasi via online, dan tak bisa sering bertemu untuk membahas atau melaksanakan program-program mereka.

“Kesulitan kami selama menjalani KKN di tengah pandemi adalah lokasi. Beberapa dari kami ada yang dari Bumiayu, sedangkan beberapa dari kami ada yang dari Tegal. Namun UMKM-nya ada di Tegal, sedangkan jarak dari Bumiayu ke Tegal bisa sekitar 2 jam jadi agak sulit jika ada pertemuan offline,” pungkas Fairuz. (Hbb)