Di tengah pandemi Covid-19 saat ini pertumbuhan ekonomi di Indonesia sangat terpengaruhi dan hal tersebut sangat berpengaruh terkhusus pada dunia pendidikan. Hadirnya pandemi Covid-19 menjadi tantangan baru bagi Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) agar tetap bertahan menjalankan kewajibannya sebagai wadah pendidikan bagi masyarakat di tengah krisis. Untuk menyikapi hal tersebut Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah membahas best practices pengembangan unit usaha di PTMA yang diadakan secara daring pada hari Sabtu (6/2) dengan salah satu pembicaranya yakni Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Keuangan dan Aset Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. Suryo Pratolo, M.Si., Ak., CA., AAP-A.
Pada pembahasan tersebut Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Keuangan dan Aset Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. Suryo Pratolo, M.Si., Ak., CA., AAP-A menceritakan bagaimana perjuangan UMY menghadapi tantangan krisis pandemi seperti saat ini dengan pengembangan unit usaha melalui PT. UMB. “Dalam pengembangan unit usaha atau unit bisnis, melalui PT.UMB ini UMY mampu bertahan menopang keberlangsungan perguruan tinggi dam murni penghasilan dari non-SPP Mahasiswa. Terlebih d itengah pandemi seperti saat ini, kita tidak bisa terus menerus bergantung pada sumber SPP Mahasiswa, harus ada sumber penghasilan lain seperti unit bisnis yang dikembangkan demi keberlanjutan perguruan tinggi,” paparnya.
Dalam pemaparannya juga Suryo menjelaskan bahwa pengembangan unit usaha yang dilakukan oleh UMY melalui PT.UMB ini berdasarkan sistem yang terintegerasi dengan menyamakan persepsi antar sivitas akademika UMY melalui gerakan kemandirian ekonomi kampus dan membangun bisnis melalui metode demand pull. ”UMY dalam mengembangkan unit bisnisnya dilakukan dengan membangun sistem yang terintegerasi dan teraktiviasi melalui beberapa aplikasi, seperti adanya sistem finansial pengelolaan keuangan dengan aplikasi MasMuha (management strategic and accounting software for Muhammadiyah higher education). Melalui aplikasi tersebut UMY dapat mengatur anggaran, asset manajemen sehingga terdeteksi perencanaan pengeluaran dan pemasukan anggaran yang terintegerasi melalui sistem tersebut. Dari hal tersebut yang perlu diperhatikan ketika memiliki unit usaha adalah siapa yang akan membeli produk-produk tersebut, oleh karena itu adanya sistem menggerakkan pegawai melalui aplikasi kepegawaian sebagai bentuk pengendalian pegawai dalam gerakan kemandirian ekonomi kampus salah satunya melalui BedukMutu (Bela-Beli Produk Muhammadiyah),” jelasnya.
Kemudian Suryo menjelaskan melalui BedukMutu sebagai salah satu Marketplace digital menjadi wadah gerakan kemandirian ekonomi kampus sesuai dengan konsep metode demand pull. ”Melalui metode demand pull atau menggerakan siapa yang membeli produk-produk melalui pegawai-pegawai bahkan mahasiswa UMY dalam sistem BedukMutu. Pada marketplace tersebut sivitas akademika dapat membeli produk bahkan menjual produk sehingga ada perputaran keuangan dari kemandirian ekonomi kampus,” tutupnya.(Sofia)