Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia hingga saat ini masih terbilang cukup tinggi. Data dari tahun 2015 yang dilakukan oleh Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menyebutkan angka kematian ibu cukup tinggi dengan 305 per 100.000 penduduk. Sementara angka kematian bayi pada tahun 2017 sebesar 24 kasus per 1.000 kelahiran hidup.
Salah satu yang menjadi penyebab tingginya angka kematian ibu tersebut adalah Anemia Difisiensi yang diderita ibu hamil. Oleh karena itulah dibutuhkan penyuluhan secara aktif kepada para ibu hamil agar mewaspadai bahayanya anemia di masa kehamilan tersebut. Sebagaimana yang juga turut dilakukan oleh Muhammadiyah Medical Student’s Activity Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (MMSA FKIK) pada Minggu (14/2) yang lalu.
Penyuluhan tersebut dilakukan dalam bentuk Webinar dan edukasi mengenai “Pengoptimalan Gizi Guna Pencegahan Penurunan Angka Anemia Defisiensi Besi Kehamilan dan Stunting Pada Anak”. dr. Alfum Dhiya An, M.Kes., Sp.OG dalam pemaparannya mengatakan bahwa anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hemoglobin (HB) dalam darah kurang dari 12 gr% dan ibu hamil yang kekurangan gizi atau malnutrisi dapat menyebabkan anemia.
“Ketika asupan gizi pada ibu hamil minimalis, dikarenakan faktor zat gizi yang kurang, maka hal itu akan menyebabkan anemia. Anemia dalam kehamilan ini adalah kondisi dimana kadar HB ibu hamil kurang dari 11 gr% pada trisemester 1 dan 2, serta kurang dari 10,9 gr% pada trisemester ketiga,” jelasnya.
Sebagai pencegahan dari munculnya anemia pada masa kehamilan tersebut, dr. Alfum pun mengimbau agar ibu hamil rajin mengonsumsi makanan yang kaya akan kandungan zat besi, mengonsumsi suplemen zat besi, atau tablet penambah darah selama 90 hari masa kehamilan.
“Anemia ini harus dihindari oleh para ibu hamil karena dampak dari anemia pada ibu hamil itu sendiri yakni keguguran, pendarahan selama kehamilan, persalinan premature, gangguan janin, gangguang persalinan dan masa nifas. Pemantauan kadar HB pada ibu hamil dalam masa kehamilan itu sangat penting salah satunya pemantauan HB minimal 2x selama kehamilan di bulan ke 1-3 dan bulan ke 7-9,” imbuh dr. Alfum lagi.
Sementara itu, Fajar selaku project manager Save Our Mother to Save Our Generation (Saviour) ini mengungkapkan, penyuluhan tersebut dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu di Yogyakarta yang disebabkan oleh Anemia Difisiensi. “Selain itu, penyuluhan ini semula hanya kami targetkan bagi warga Bangunharjo yang juga merupakan desa binaan dari MMSA FKIK UMY. Namun karena adanya pandemi, kegiatan ini akhirnya dilakukan secara online sehingga target partisipan penyuluhan ini bisa meluas untuk kalangan umum,” ungkapnya.
Ia juga berharap kegiatan tersebut tidak kehilangan esesninya walaupun diadakan secara online. “Walaupun diadakan secara online, kami berharap bahwa acara ini tetap memberikan manfaat yang sama seperti tahun tahun sebelumnya,” paparnya. (RM)