Gagalnya pertumbuhan pada anak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama atau yang dikenal dengan stunting merupakan sebuah ancaman bagi generasi masa depan Indonesia jika tidak dicegah sejak dini. Di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sendiri, menurut Asisten Sekretaris Daerah DIY Bidang Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat, Aris Riyanta, kasus stunting pada awal tahun 2021 terhitung mencapai angka 19% di bawah kasus nasional yang mencapai angka 27%. Angka ini terbilang tinggi, untuk itu pemerintah telah menargetkan turunnya angka stunting menjadi 14% pada tahun 2024 mendatang.
Dalam mendukung upaya pemerintah tersebut, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai pelaksana percepatan penurunan stunting telah melakukan berbagai upaya dan kerjasama. Salah satunya adalah dengan menghadirkan “Program Mahasiswa Penting (Peduli Stunting)” yang secara resmi diluncurkan pada Jum’at (24/09), di Ruang Ampitheater, Gedung KH Ibrahim, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Acara peluncuran yang dilaksanakan secara luring (luar jaringan) dan daring (dalam jaringan) ini juga dihadiri oleh Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Dirjen Dikti Kemdikbudristek RI, Prof. Drh. Aris Junaidi, Ph.D., Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kementerian Koordinasi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, drg. Agus Suprapto, M.Kes., Kepala BKKBN Republik Indonesia, Dr(HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K)., Asisten Sekretaris Daerah DIY Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Aris Riyanta, dan Rektor UMY, Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P., IPM., selaku tuan rumah.
Kepala BKKBN Republik Indonesia, Dr(HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K)., dalam sambutannya menilai bahwa mahasiswa memiliki potensi yang baik dalam melakukan edukasi dan memberdayakan masyarakat. “Pemahaman dan perilaku masyarakat untuk mencegah terjadinya stunting ini kerap kali salah. Padahal pencegahan stunting ini sudah seharusnya dilakukan bahkan pada masa prakonsepsi. Maka dari itu edukasi adalah hal yang sangat penting dan mahasiswa saya rasa sangat bisa untuk melakukannya,” imbuhnya.
Sejalan dengan yang disampaikan oleh Dr(HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K)., menurut drg. Agus Suprapto, M.Kes., yang paling dibutuhkan dalam pencegahan stunting ini ialah aksi nyata. “Mahasiswa sebagai agent of change diharapkan dapat menjadi tumpuan kita untuk melakukan edukasi pencegahan stunting sebagai upaya untuk menuju generasi emas Indonesia,” ungkapnya.
Program Mahasiswa Penting yang ditujukan bagi mahasiswa di seluruh Indonesia ini juga didukung penuh oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) Republik Indonesia, karena secara langsung terintegrasi dengan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik serta Program Kampus Merdeka. (ays)