Kurang lebih satu tahun Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tengah melangsungkan aktivitas perkuliahan dengan menerapkan sistem blended atau campuran. Manajemen pelaksanaan kegiatan kampus di UMY juga turut menjadi contoh bagi lembaga pendidikan lainnya untuk menerapkan sistem serupa di tengah ancaman pandemi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya berbagai lembaga pendidikan yang melakukan studi banding serta mengundang UMY sebagai pembicara dalam semiloka mitigasi COVID-19 di ranah pendidikan.
Disampaikan Rektor UMY, Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto M.P., IPM., pada Senin (27/12) bahwa UMY sendiri memiliki kebijakan mitigasi COVID-19 sebagai upaya pencegahan untuk mengurangi resiko penyebaran di lingkungan UMY. Kebijakan mitigasi tersebut mencakup kebijakan akademik maupun non-akadaemik yang dikendalikan langsung oleh Tim Incident Command System (ICS).
Dasar keputusan pemberlakuan aktivitas perkuliahan di tengah pandemi ini berangkat dari hasil evaluasi ketercapaian kompetensi mahasiswa menunjukkan hasil yang kurang memuaskan dengan maksimum capaian 60% dan rata- rata 50% akibat kultur mahasiswa yang belum terbiasa dengan kuliah online penuh. Pun kultur dosen juga belum siap. “COVID-19 bermula Maret 2020 dinyatakan menyerang Indonesia. Disitu langsung menerapkan online sampai bulan Juli 2020. Ternyata capaian kompetensi hanya 50%-60%. Jadi hanya setengah materi yang bisa ditangkap oleh mahasiswa. Jadi tidak bisa begini terus, nanti bagaimana mutu lulusan UMY. Akhirnya kita putuskan September 2020 mulai hybrid antara luring dan daring,” jelasnya.
Sebagaimana yang disampaikan Rektor UMY, manajemen kelas di UMY sendiri dilakukan dengan sistem blended. Artinya, terdapat pengaturan pada pembagian jumlah tatap muka dengan daring ataupun dengan cara ganjil-genap. Pembagian tersebut juga dilakukan secara bertahap dan menyesuaikan dengan situasi penyebaran COVID-19.
“Waktu itu diawal kita tetapkan daring 60% dan luring 40%. Sebetulnya ini strategi yang enak, tinggal dilihat nanti kombinasinya seperti apa tergantung situasi penyebaran COVID-19. Jika sangat gawat kita tetap menggunakan metode blended, hanya saja perkuliahan luring kita turunkan menjadi 40%, 30% atau bahkan 20%. Sedang sekarang sudah aman, jadi 75% dosen diperbolehkan untuk memanfaatkan perkuliahan secara luring atau tatap muka. Atau dengan ganjil genap dimana tiap tengah semester mahasiswa absen ganjil masuk dahulu pun sebaliknya. Ada juga yang tiap minggu. Jadi luwes. ” terangnya.
Lebih lanjut, Ia menjelaskan terkait perbandingan jumlah perkuliahan online dengan offline. Dimana tiap satu mata kuliah yang terdiri dari 16 kali pertemuan, sesuai dengan kondisi saat ini sehingga diperbolehkan untuk melakukan tatap muka sebanyak 8 sampai 10 kali. “Tinggal membagi, 1 mata kuliah terdiri dari 16 kali tatap muka, jadi kalau sekarang ini masih diperbolehkan 8-10 kali tatap muka di kelas,” tambahnya.
Meski demikian, terdapat pengecualian dengan melihat kondisi kesehatan dosen. Hal ini dikarenakan terdapat tenaga pengajar dengan komorbid sehingga riskan. “Kita juga melihat dari kesehatan dosen. Ada dosen yang mempunyai komorbid, jadi tatap muka 6 kali saja. Karena kita juga punya data dosen yang punya komorbid,” ungkap Rektor UMY.
Konsistensi terapkan sistem blended learning
Di lain sisi, konsistensi UMY dalam menerapkan sistem blended yang dirasa luwes dan mudah ini memberikan dampak positif dalam proses perkuliahan di tengah pandemi. Dimana mahasiswa merasa lebih memiliki kampus, khususnya mahasiswa baru. “Kalau kita lihat mahasiswa baru pada September masuk langsung online, jadi tidak memiliki orientasi yang baik pada kampusnya. Makanya mahasiswa baru angkatan 2020 pun sudah bisa mengikuti kuliah offline, datang ke kampus, mengenal situasi kampus, itu dasarnya,” jelas Gunawan.
Tidak hanya itu, berdasarkan pada evaluasi perkuliahan hybrid pada bulan Juli 2021 menunjukkan capaian kompetensi mahasiswa membaik. Hal ini turut menjadi alasan kuat UMY untuk tetap konsisten menerapkan sistem blended. “Bulan Juli 2021 kompetensi mahasiswa lebih bagus bisa ke angka 70% sampai 75%. Sehingga kita semakin mantap kalau kuliah itu tidak bisa daring terus, apalagi yang punya praktikum,” tegasnya.
Dalam penutupnya, Gunawan berharap kedepannya perkuliahan kita segera kembali ke new normal dengan sarana prasarana yang menunjang. Ditambah lagi, UMY baru saja meluncurkan UMY Health Care dan SIM Kesejahteraan Mahasiswa (SIMKESMA).
“Kita buat sendiri standar new normal itu sepanjang kita punya sarana prasarana kesehatan. Dan saya juga sudah me-launching sistem kesehatan, santunan kesehatan untuk dosen, karyawan, dan mahasiswa. Disitu ada fasilitas telemedicine sehingga mudah-mudahan mahasiswa yang tersebar bisa mengakses lebih cepat sarana kesehatan yang kita miliki,” pungkasnya. (nsn)