Problematika ketersediaan pangan seperti kelangkaan bahan pokok pangan menjadi persoalan yang sering diperbincangkan. Hal tersebut berkaitan dengan problem atas isu ketahanan pangan di ranah nasional maupun global. Untuk menjawab permasalahan ketahanan pangan penting untuk membahas pertanian yang berkelanjutan. Hal tersebut dibahas dalam Forum Pimpinan Ilmu Pertanian Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FPIPPTM) yang diselenggarakan pada hari Jum’at (25/3) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Seminar Nasional yang dihadiri oleh dosen pertanian PTM Se-Indonesia ini bertajuk ‘Mewujudkan Ketahanan Pangan Melalui Pertanian yang Berkelanjutan’.
Dr. Idha Widi Arsanti, S.P.,M.P., Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia menyatakan bahwa isu ketahanan pangan menjadi perhatian khusus pemerintah melalui agenda pembangunan nasional 2020-2024 dengan prioritas program peningkatan ketersediaan, akses dan kualitas konsumsi pangan. ”Persoalan isu pembangunan pangan dan pertanian berawal dari dampak La Nina dan El Nino yang menyebabkan dampak dari segi pertanian. Meliputi kelangkaan agriculture input, penurunan produksi terutama perishable product (produksi pangan pokok relatif stabil), kemudian isu ketahanan pangan juga berpengaruh akibat dampak Covid-19 yang menyebabkan supply dan demand pangan terganggu, kualitas dan kuantitas pangan menurun dan potensi untuk meningkatkan PoU, Stunting, wasting dan kekurangan micronutrient,” jelasnya.
Menurut Idha, Tahun 2019 Indonesia masuk peringkat 12 dari 23 negara Asia Pasifik dengan indikator Global Food Security Index, diantaranya ketersediaan pangan, aksesbilitas pangan dan kualitas serta keamanan pangan. ”Oleh karena itu, untuk menurunkan angka kerentanan pangan, pemerintah melakukan strategi pembangunan pangan dan pertanian untuk mendukung ketahanan pangan, peningkatan daya saing dan pertumbuhan ekonomi. Beberapa strategi tersebut diantaranya seperti peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan dan sisitem logistic pangan, pengembangan pertanian modern dan gerakan tiga kali ekspor,” tambahnya.
Idha juga menyebutkan beberapa hal yang menjadi tantangan ketahanan pangan dan gizi meliputi 1) sarana dan prasarana pertanian, (2) skala usaha tani kecil dan konversi lahan, (3) adanya dampak perubahan iklim, (4) akses pangan yang tidak merata, (5) food loss and waste yang tinggi, (6) regenarasi petani lambat dan (7) tantangan di inovasi dan diseminasi teknologi.
Selaras dari persoalan ketahanan pangan, Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, MP.,IPM., Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menyampaikan bahwa ketahanan pangan di Indonesia belum dilakukan dengan baik. Ketahanan pangan erat kaitannya dengan pertanian yang berkelanjutan. ”Dimensi ketahanan pangan sesuai dengan UU No. 18 tahun 2012 meliputi tiga aspek, yaitu ketersediaan, keterjangkauan dan pemanfaatan. Dari tiga aspek tersebut yang menjadi problematik dalam akademik fakultas pertanian adalah jarang sekali dosen memahami aspek-aspek dimensi ketahanan pangan secara komprehensif, padahal hal tersebut berkaitan dengan isu-isu pertanian yang juga perlu dipelajari dan ditelaah,” papar Guru Besar Bidang Ilmu Tanah ini lagi.
Menurutnya persoalan mendasar dari sisi akademis atas isu ketahanan pangan di Fakultas Pertanian terlalu banyak berbicara tentang studi tanaman, padahal ada hal lain yang perlu dibahas, khususnya dalam faktor produksi pangan keberlanjutan.” Oleh karena itu, perlu adanya rekonstruksi kurikulum yang diberikan kepada mahasiswa dalam hal isi ketahanan pangan serta membahas solusi permasalahan untuk pertanian yang berkelanjutan,” tutunya.
Dalam diskusi tersebut Gunawan menutup dengan pernyataan bahwa muara dari pertanian yang berkelanjutan berkaitan dengan kesehatan tanah, meliputi memaksimalkan akar hidup yang berkelanjutan, meminimalkan gangguan, memaksimalkan penutup tanah, dan memaksimalkan keanekaragaman hayati. Gunawan juga menyampaikan bahwa ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan merupakan interaksi antar kebijakan pemerintah yang berdimensi lingkungan, sosial dan ekonomi. (Sofia)