Quacquarelli Symonds (QS), salah satu lembaga analisa institusi pendidikan tinggi dunia belum lama ini mengadakan QS Higher Education Summit 2022 (QS HES) untuk regional Asia Pasifik yang berlangsung selama 3 hari, 8-10 November 2022. Menjadi salah satu sponsor dalam summit yang pada tahun ini berlokasi di Jakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) turut menjadi peserta dan berpartisipasi dalam kegiatan eksibisi serta konferensi.
QS HES memiliki tujuan untuk mengeksplorasi inovasi dan gagasan baru apa yang bisa diciptakan oleh institusi pendidikan tinggi. QS memandang bahwa institusi pendidikan tinggi seperti perguruan tinggi di Asia Pasifik telah berhasil menciptakan berbagai konsep pembelajaran baru bagi mahasiswa. Meskipun dunia menghadapi tantangan akibat pandemi Covid-19. QS percaya bahwa summit ini dapat menjadi wadah untuk menciptakan strategi dalam menghadapi tantangan baru yang dihadapi perguruan tinggi.
Dr. Mega Hidayati, M.A. selaku Kepala Bidang Pengembangan Organisasi dari Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) UMY yang juga menghadiri QS HES menyampaikan bahwa partisipasi UMY dalam QS HES selain untuk mengikuti konferensi, juga untuk mengikuti eksibisi sebagai salah satu bentuk branding UMY. “Selama summit berlangsung, kami menjelaskan bahwa UMY sudah menjalin kerjasama dengan banyak institusi dari luar negeri yang tersebar di berbagai benua. Selain kerjasama, berbagai capaian UMY yang dimuat dalam Times Higher Education misalnya, juga kami sampaikan di eksibisi QS HES,” jelas Mega saat dihubungi pada Jum’at (18/11).
UMY sendiri menjadi salah satu peserta perguruan tinggi yang mendapatkan stand selama QS HES berlangsung. Selain eksibisi, konferensi juga menjadi acara utama dari QS HES tahun ini yang mengambil tema “The Next Big Thing: Addressing New Opportunities and Existing Challenges in Asia Pasific Higher Education”. Menurut Mega, konferensi QS HES menjadi daya tarik tersendiri karena dapat mengetahui apa saja berbagai isu terbaru yang dihadapi dunia pendidikan di seluruh dunia, termasuk di Asia Pasifik. “Panel yang terdapat dalam konferensi ini pun beragam, misalkan tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan,” ujar Mega.
Mega menambahkan, bahwa dengan mengetahui isu dan tantangan terbaru, ia bisa merekomendasikan kepada Universitas mengenai perencanaan yang nantinya dapat dirancang oleh BPP. “Contohnya, apa saja yang harus kita benahi dari perencanaan kita di tahun ini, juga riset apa saja yang sedang dibutuhkan di level perguruan tinggi,” ungkap Mega yang juga dosen program Doktor Politik Islam.
Lembaga Kerjasama Internasional (LKI) UMY turut menjadi perwakilan UMY di QS HES bersama dengan BPP, dan berfokus kepada peningkatan peluang kerjasama dengan institusi pendidikan tinggi. “Saya meminta kepada LKI bahwa setelah tiga hari mengikuti QS HES akan ada peluang kerjasama dengan perguruan tinggi mana saja. Terakhir kami hitung ada lebih dari sepuluh perguruan tinggi sudah meminta kerjasama dengan UMY, seperti pertukaran pelajar dan riset kolaborasi,” pungkas Mega. (ID)