Kualitas demografi masyarakat di sebuah negara dinilai berbanding lurus dengan tingkat pendidikan dari mayoritas masyarakat tersebut. Data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2023 menyatakan bahwa rata-rata lama sekolah penduduk Indonesia berada di 8,77 tahun dan sebanyak 30,22 persen dari total penduduk Indonesia hanya merupakan lulusan SMA.
Fungsi dari perguruan tinggi dalam menyediakan akses pendidikan tinggi yang lebih efisien dirasa penting oleh Prof. Dr. Sukamta, M.T., IPU., Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bidang Akademik. Ia menjelaskan bahwa saat ini beberapa program seperti fast track atau jalur cepat dapat menjadi sarana untuk mendapatkan pendidikan dengan jenjang yang lebih tinggi, bahkan sebelum lulus dari jenjang sebelumnya.
“Kami selaku akademisi sangat mendukung mahasiswa untuk mengambil program fast track, dan ini juga sebagai upaya UMY untuk ikut berkontribusi terhadap kemajuan peningkatan daya saing bangsa. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat Indonesia, yang dimana rata-rata negara maju memiliki tingkat pendidikan hingga setara atau lebih dari strata-1 atau sarjana sementara Indonesia masih di tingkat SMA,” ujar Sukamta saat ditemui pada Sabtu (30/3).
Program fast track sendiri sudah diresmikan di UMY sejak 2021 sebagai bentuk percepatan antar jenjang pendidikan. Menurut Sukamta, program ini dapat memfasilitasi mahasiswa dengan prestasi akademik yang tinggi untuk melanjutkan studi secara langsung baik untuk program magister maupun program doktor. Karena mahasiswa harus memiliki kualifikasi khusus terutama di bidang akademik. Guru besar UMY di bidang teknik mesin ini juga berpendapat bahwa jumlah mahasiswa dengan kualitas unggul dapat meningkat untuk studi pascasarjana di UMY.
Dengan masa studi yang lebih singkat untuk menyelesaikan dua jenjang pendidikan, hasil kompetensi yang dapat dicapai oleh mahasiswa dalam program fast track tidak akan berkurang. Ini secara khusus disampaikan oleh Sukamta karena substansi kajian dan kompetensi tetap diterapkan seluruhnya, sehingga apa yang diterima akan sama seperti program reguler.
“Hal tersebut juga dapat menjadi keunggulan dari program fast track, karena beberapa mata kuliah atau kompetensi yang katakanlah seharusnya diambil saat memasuki program magister, sudah dapat dicicil di akhir perkuliahan program sarjana. Ini menjadikan masa studi akan menjadi lebih efisien, dan otomatis akan ada efisiensi juga dalam biaya yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikan pendidikan dengan dua jenjang sekaligus,” imbuhnya.
Walaupun baru dibuka dalam tiga tahun terakhir, antusiasme mahasiswa UMY dalam mengikuti program fast track terbilang cukup tinggi. Sukamta mengatakan bahwa ini merupakan langkah awal yang baik walaupun masih dapat dioptimalkan kembali. Saat ini terdapat 5 program studi S-1 di UMY yang memiliki program fast track, yaitu Ilmu Pemerintahan, Akuntansi, Manajemen, Hukum, dan Teknik Sipil. Program fast track di UMY pun berlaku bagi 2 program studi S-2 yaitu Magister Ilmu Pemerintahan dan Magister Manajemen.
“Fast track dapat menjadi program unggulan bagi mahasiswa yang memiliki prestasi akademik, sehingga mahasiswa akan mendapatkan pengakuan yang lebih baik saat lulus nanti. Lebih jauh daripada itu, program ini juga merupakan komitmen UMY sebagai perguruan tinggi yang unggul dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui peningkatan tingkat pendidikan masyarakat yang akan berbanding lurus dengan peningkatan daya saing,” pungkas Sukamta. (ID)