Berita

27 Tahun Perpustakaan UMY Perluas Akses Membaca Demi Tingkatkan Literasi

Masyarakat Indonesia memiliki spektrum yang luas untuk dapat mengukur tingkat literasi, berdasarkan perilaku, jumlah penduduk, hingga media dalam melakukan kegiatan literasi. Dalam memperingati milad yang ke-27, Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) membahas secara khusus mengenai fenomena literasi yang anomali terutama di kalangan remaja dalam sebuah talkshow bertajuk ‘Literasi dan Generasi Z’ pada Sabtu (15/6). Agus Mulyadi, seorang penulis buku sekaligus pembicara dalam agenda ini menyebutkan jika tingkat literasi ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya aksesibilitas terhadap buku dan sarana literasi.

“Saya kurang percaya jika banyak survey yang menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia itu kecil, bahkan hanya satu berbanding seribu. Jika benar begitu, hanya sekitar dua ratus ribu orang dari seluruh penduduk Indonesia yang gemar membaca, padahal ada banyak buku dan novel yang terjual hingga lebih dari ratusan ribu eksemplar. Stigma terkait rendahnya tingkat literasi kemungkinan terbentuk karena kurangnya daya jangkau masyarakat terhadap karya literasi seperti buku bahkan komik,” ujar Agus.

Agus pun menyampaikan jika aksesibilitas merupakan aspek krusial dalam membangun budaya literasi yang bagus di masyarakat. Menurutnya, masyarakat dapat gemar membaca jika sudah menemukan buku yang bagus, dan sarana literasi seperti perpustakaan harus menjadi jembatan agar masyarakat dapat banyak membaca buku hingga menemukan buku yang bagus. Dengan perlunya membaca banyak buku, kebutuhan akan sarana literasi inilah yang dirasa oleh Agus menjadi salah satu faktor penentu tingginya tingkat literasi masyarakat.

Kepala Perpustakaan UMY, Novy Diana Fauzie, S.S., M.A. juga menjadi pembicara dalam talkshow yang berlokasi di Public Space Gedung Perpustakaan UMY, dan menyampaikan bahwa perguruan tinggi memiliki andil besar dalam membangun lingkungan yang kondusif untuk meningkatkan budaya literasi, baik di lingkup kampus maupun di masyarakat luas. Ia merasa bahwa pemaknaan literasi sudah semakin meluas dan tidak hanya terbatas pada kegiatan baca dan tulis.

“Perpustakaan UMY telah mencoba sebaik mungkin untuk menyediakan informasi bagi mahasiswa bahkan masyarakat di luar kampus melalui program kami yang bekerja sama dengan Lembaga Pengabdian Masyarakat dan KKN mahasiswa. Ini sebagai jawaban atas tantangan yang dihadapi agar akses baca semakin meluas, juga kebutuhan informasi yang semakin berkembang bahwa kegiatan mengolah serta menganalisis informasi agar tidak terjebak hoax dan disinformasi pun saat ini sudah menjadi bagian dari literasi,” imbuh Novy.

Novy sendiri merasa bahwa perpustakaan harus terus beradaptasi dalam mengikuti perkembangan kebutuhan informasi, melalui buku maupun informasi digital. Melalui pemaparan Novy sebelumnya dalam Pidato Milad Perpustakaan UMY, ia menegaskan posisi perpustakaan sebagai kontributor bagi masyarakat inklusif untuk menyebarkan informasi secara merata. Kegiatan pelatihan literasi informasi yang rutin diselenggarakan Perpustakaan UMY pun telah menjadi mata kuliah yang wajib diambil oleh mahasiswa.

“UMY memiliki komitmen untuk menjadikan perpustakaannya sebagai ‘library without wall’ dengan menyediakan akses bagi pustaka berupa buku, jurnal, database, dan software melalui website sehingga seluruh civitas academica dan masyarakat umum dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan hanya melalui satu pintu. Di masyarakat, kami pun bekerja sama dengan Lazismu UMY untuk menyediakan perpustakaan keliling sebagai sarana pengembangan literasi anak di beberapa sekolah dasar,” pungkas Novy. (ID)