Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menciptakan inovasi sistem monitoring catu daya jalur perlintasan langsung (JPL) berbasis NRFL01. Sistem ini dibuat sebagai upaya meningkatkan keselamatan di perlintasan kereta api.
Humas PT. Kereta api Indonesia (persero) menyatakan bahwa sejak awal tahun 2023 hingga pertengahan tahun 2024 terdapat 173 kasus kecelakaan di jalur perlintasan langsung (JPL). Dari kasus tersebut terbukti teknologi yang digunakan pada JPL, masih terdapat beberapa kekurangan. Kekurangan tersebut terdapat pada sistem catu daya yang menyuplai modul yang digunakan.
Saat listrik padam, petugas Sintelis (Sinyal, Telekomunikasi, dan Listrik) yang bertugas merawat palang pintu tidak dapat mengetahui secara otomatis dan harus dilakukan pengecekan secara manual yaitu dengan menunggu konfirmasi dari PJL (Petugas Jaga Lintasan) atau melakukan konfirmasi langsung kepada petugas PJL di tempat.
Arditya Ega Purwanda, mahasiswa Teknik Elektro sekaligus Ketua Tim PKMKI UMY mengatakan teknologi sistem catu daya yang digunakan saat ini berupa tampilan display analog yang terpasang di meja pelayanan palang pintu JPL.
“Sehingga kekurangan dari teknologi tersebut membuat informasi mengenai sistem catu daya berupa tegangan dan arus sumber tampilan display hanya bisa diketahui di meja pelayanan palang pintu JPL. Dengan adanya inovasi ini dapat mencegah kerusakan pada komponen catudaya yang ada pada JPL,” kata Arditya kepada Humas UMY, Sabtu (3/8).
Menurutnya, inovasi yang dikembangkan timnya melalui alat ini berupa pengembangan menjadi otomatis melalui sistem monitoring catu daya berbasis NRFL01. Ia pun mengatakan, inovasi ini bertujuan untuk membantu petugas Sintelis selaku petugas yang merawat palang pintu dapat mengetahui kondisi catu daya saat kondisi normal maupun saat terjadi gangguan catu daya.
“Tujuan lainnya adalah memudahkan petugas dalam memonitoring dan mengantisipasi lebih awal jika terjadi kerusakan pada catu daya JPL. Dan manfaatnya adalah agar petugas Sintelis yang memelihara peralatan di JPL dapat memonitoring kondisi catu daya peralatan JPL di kantor terkait,“ ujarnya.
Lebih lanjut Arditia pun menjelaskan cara kerja dari alat monitoring tersebut. Dikatakannya, Peralatan monitoring ini berfungsi sebagai transmitter (pengirim data) yang diletakkan di JPL dan receiver (penerima data) yang diletakkan di kantor sintelis terkait. Ia mengklaim, sistem kerja alat ini dapat bekerja saat kondisi normal maupun saat terjadi gangguan catu daya.
“Saat terjadi gangguan catudaya, maka panel box transmitter akan mengirimkan notifikasi ke panel receiver di kantor sintelis berupa nyala buzzer serta LED merah akan menyala,” jelasnya.
Arditya berharap dengan dibuatnya alat ini dapat mempermudah dalam melakukan perawatan dan perbaikan serta pencegahan kerusakan pada alat yang terdapat pada palang pintu JPL. Sekaligus dapat meminimalisir berbagai gangguan yang terjadi serta dapat mencegah kejadian kecelakaan di JPL akibat tidak berfungsinya peralatan yang ada karena gangguan catu daya.
“Mengingat catu daya merupakan suatu hal penting bagi komponen elektronik yang terdapat pada palang pintu JPL,“ pungkas Arditya (Mut)