Berita

Rintis Desa Budaya, Mahasiswa UMY Lestarikan Kesenian di Argorejo

Pelestarian budaya di beberapa daerah dirasa semakin penting, semenjak munculnya anggapan bahwa generasi muda sudah tidak tertarik meneruskan warisan seni dan budaya di daerahnya. Ini menjadikan regenerasi pelaku seni dan budaya menjadi lambat yang disebabkan oleh pergeseran minat akibat globalisasi hingga kurangnya wadah dan fasilitas bagi generasi muda. Desa Argorejo di Sedayu, Bantul yang dikenal atas kesenian tradisional seperti Karawitan dan Jathilan pun mengalami permasalahan serupa.

Permasalahan ini menjadi alasan bagi kelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang tergabung dalam Program Penguatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa (PPK Ormawa) dalam menjalankan pengabdian di Desa Argorejo. Saat ditemui pada Sabtu (14/9), Fajar Galuh selaku Ketua Tim PPK Ormawa menyampaikan jika pengabdian ini berfokus menjadikan Argorejo sebagai Desa Budaya dengan menumbuhkan bibit baru para pelaku seni melalui kegiatan di berbagai sanggar dan kelompok seni.

“Sudah mulai banyak anak-anak dari usia SD hingga SMP yang tertarik untuk menekuni kesenian daerah mereka. Bahkan beberapa waktu lalu kami dengan masyarakat desa menggelar pagelaran seni budaya bertajuk Gisvara Sandyatala, yang alhamdulillah dihadiri hingga lebih dari 200 orang. Ini menunjukkan jika antusias masyarakat atas kesenian memang tinggi jika difasilitasi dengan baik,” ujarnya.

Fajar menyebutkan bahwa sebagian besar masyarakat Desa Argorejo khususnya di Dusun Pendul masih mengandalkan pertunjukan seni dan budaya sebagai profesi mereka. Dengan penguatan kapasitas para pelaku seni khususnya generasi muda, tidak hanya dapat melestarikan seni dan budaya namun juga membantu pergerakan ekonomi masyarakat desa. Tim PPK Ormawa dari organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Hukum (IMM FH) UMY pun berupaya membangun dan menguatkan seluruh aspek penunjang aktivitas seni dan budaya.

Gisvara Sandyatala menjadi cara bagi Fajar dan timnya untuk menyasar anak muda agar tertarik untuk terus terlibat. Bermakna ‘Perpaduan Nada dan Suara yang Bertujuan Mulia’, Gisvara Sandyatala tidak hanya sekadar gelaran pertunjukan namun juga menjadi pengingat bahwa seni dapat menjadi alasan bagi masyarakat untuk dapat bahagia dan terhibur. Fajar menilai bahwa cara ini dapat menumbuhkan pandangan positif di masyarakat.

“Target kami adalah menjadikan Desa Argorejo sebagai Desa Budaya yang diakui oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Tahapannya pun lumayan panjang, berawal dari Desa Rintisan Budaya hingga menjadi Desa Mandiri Budaya. Kami sudah mulai kegiatan pengabdian sejak Juli lalu, dan walaupun terdapat tren positif kemungkinan di sekitar tahun depan Argorejo masuk di tahap Desa Rintisan Budaya,” imbuh Fajar.

Sinergi antara Tim PPK Ormawa dengan masyarakat desa yang menurut Fajar memiliki peran penting dalam mendorong Argorejo menjadi Desa Budaya. Fajar pun berharap dengan perkembangan yang telah ditunjukkan hingga saat ini dapat menjadi dorongan bagi pemerintah desa untuk senantiasa bergerak bersama melestarikan seni dan budaya di Desa Argorejo. (ID)