Berita

Insinyur Harus Jadi Penggerak Optimalisasi Transformasi Energi

Rencana untuk mewujudkan visi Indonesia menjadi negara bebas emisi di tahun 2060 digerakkan oleh peran dari insinyur, terutama dalam aspek pembangunan nasional. Sekretaris Jenderal Persatuan Insinyur Indonesia, Ir. Bambang Goeritno, M.Sc. MPA., IPU., APEC Eng. menyebutkan bahwa para insinyur di Indonesia perlu menerapkan secara optimal transformasi di sektor energi. Pemanfaatan potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) dirasa oleh Bambang belum dimanfaatkan sepenuhnya.

“Sebagai contoh, data di tahun 2022 menyebutkan total penggunaan energi surya di Indonesia baru sekitar 221 mega-watt, sementara potensi yang dapat dimanfaatkan adalah hingga 3.295 giga-watt. Semuanya memang bertahap, namun tetap perlu dilakukan transisi dari energi ataupun bahan bakar fosil dan batu bara menjadi alternative cleaner fuel,” ungkap Bambang.

Hal tersebut ia kemukakan dalam acara Pengambilan Sumpah Profesi Insinyur di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Sabtu (12/10). Bambang yang berkesempatan untuk memberikan kuliah umum menjelaskan bahwa para insinyur harus mampu menjawab tantangan dalam menjadikan Indonesia sebagai negara yang siap menghadapi transisi energi. Melimpahnya sumber daya alam yang digunakan untuk teknologi EBT dan energi hijau seperti silika, nikel dan aluminium pun menjadi keunggulan yang harus mampu dimanfaatkan.

“Selain sumber daya alam yang menunjang teknologi EBT dan energi hijau, Indonesia kaya akan gas alam yang berguna untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap. Insinyur harus mampu untuk menangkap peluang tersebut dengan menyiapkan skema penghubung gas alam cair sebagai sumber energi di wilayah yang memerlukan listrik dari sumber yang lebih bersih,” imbuhnya.

Berbagai tantangan dan peluang dalam penerapan EBT di Indonesia menjadi tanggung jawab dalam profesi keinsinyuran, sekaligus merupakan proses peningkatan daya saing atas sumber daya manusia di Indonesia. Indeks yang mengukur hasil dari inovasi di seluruh dunia yaitu Global Innovation Index menempatkan Indonesia di urutan keenam di kawasan ASEAN, yang menurut Bambang masih di tingkat rendah. Inovasi semestinya menjadi penopang pertumbuhan Indonesia menjadi negara maju, jika ingin mencapai target Indonesia Emas di tahun 2045 dengan PDB di atas 13.000 USD per kapita.

Pengambilan sumpah profesi bagi para insinyur baru dari UMY pun menjadi bukti untuk dapat menerapkan profesionalitas sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Pemberian gelar insinyur oleh UMY telah melalui proses uji kompetensi sesuai standar yang berlaku, dan menjadi ikhtiar mempercepat pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Rektor UMY, Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P., IPM., ASEAN Eng. yang hadir memberikan sambutan mengatakan bahwa konsep keilmuan dan kompetensi harus menjdi landasan berpikir bagi insinyur dalam bertindak. Di hadapan 39 insinyur baru, Ia mengingatkan jika pembangunan dalam bentuk apapun berpotensi untuk merusak lingkungan.

“Dampaknya akan sangat terasa, karena manusia sangat bersinggungan dan tidak lepas dari lingkungan. Maka, kepakaran yang dimiliki para insinyur harus digunakan untuk kebijaksanaan agar apapun yang dibangun di bumi menghasilkan seminimal mungkin kerusakan lingkungan. Dengan mengedepankan profesionalitas dan integritas, saya yakin para insinyur akan berorientasi kepada pembangunan yang berkelanjutan dan tidak merugikan,” pungkas Gunawan. (ID)