Berita

Kineidoscope 2024 Perkenalkan Budaya Kyrgyzstan Melalui Film

Multimedia Kine Klub (MM Kine Klub) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali menggelar festival film Kineidoskop 2024. Festival film bertajuk “Layar Muda Mendunia” ini menjadi bentuk dukungan atas keberagaman budaya dan kreativitas melalui film. Kegiatan ini juga merupakan apresiasi terhadap tugas akhir mahasiswa UMY di Program Studi Ilmu Komunikasi (Prodi IK) dan Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).

Program Layar Muda Mendunia yang telah dilaksanakan pada pertengahan November 2024 di IFI-ILP Yogyakarta ini dihadirkan tidak hanya sebagai wadah apresiasi, tetapi juga menumbuhkan motivasi bagi mahasiswa untuk terus berkarya dan berkontribusi dalam dunia seni visual. Uniknya, Kineidoscope tahun ini digelar dengan berkolaborasi bersama Alternativa Film Project yang merupakan sebuah festival film dari Kyrgyzstan.

Budi Dwi Arifianto, S. Sn, M.Sn selaku pengurus Lembaga Seni Budaya (LSB) Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Dosen Ilmu Komunikasi UMY menyambut Kineidoscope ke-10 ini dengan bangga atas dukungannya terhadap karya mahasiswa. Pelaksanaan ajang perfilman ini juga dinilai Budi dapat menjadi media dalam memperkenalkan aspek penting dalam distribusi.

“Kami sangat mengapresiasi Kineidoscope yang memberikan ruang bagi karya-karya mahasiswa, baik itu dari Ilmu Komunikasi maupun Komunikasi Penyiaran Islam. Program ini menjadi pengalaman yang sangat berharga sebab karya mahasiswa dapat diapresiasi lebih luas melalui adanya kerjasama dengan festival film dari negara tetangga. Selain itu, kerjasama ini juga menjadi bukti bahwa Kineidoscope berhasil menginternasional,” jelas Budi saat dihubungi pada Kamis (21/11).

Dalam Kineidoscope ke-10 ini, Alternativa Film Project memutarkan tiga film yaitu Son of The Sun, Sary Omir, dan Dordoi City. Ketiga film yang disajikan ini menghadirkan isu sosial dan budaya khas Kyrgyzstan. Menurut Misha, perwakilan dari Alternativa Film Project mengatakan bahwa pada dasarnya budaya Kyrgyzstan memiliki banyak kesamaan dengan budaya di Asia Tenggara, sehingga harapannya dengan adanya kerjasama ini film yang ditayangkan dapat menjadi cerminan kehidupan secara universal.

“Kerja sama ini merupakan langkah penting untuk memperkenalkan budaya Kyrgyzstan ke wilayah Asia Tenggara. Sebab kami tidak ingin hanya berbagi kisah dan budaya, tetapi juga dapat memperluas pengaruhnya di Asia Tenggara,” pungkas Misha.

Melalui kerja sama antara Kineidoscope 2024 dengan Alternativa Film Project diharapkan dapat membuka peluang untuk menciptakan jembatan budaya melalui media film. Selain itu, kolaborasi ini juga dapat menjadi bukti nyata bahwa sinema mampu menyatukan perbedaan dan memperkaya perspektif global. (NF)