Pemuda memiliki potensi kepedulian sosial dan emosi yang cukup tinggi, jika keduanya terkelola dengan baik maka pemuda akan memiliki peran yang besar dalam membangun kemajuan bangsa ini. Hanya saja tinggal bagaimana mereka mengolahnya dan membuat manajemen diri yang betul. Sehingga dengan itu bangsa ini akan melahirkan generasi Indonesia baru dan berimplikasi pada kemajuan bangsa.
Demikian disampaikan Sri Atmaja, P. Rosyidi wakil rektor III bidang Kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) saat ditemui di UMY, Senin (29/10).
Kelahiran generasi Indonesia baru ini juga harus disertai dengan nilai diri yang bisa dipertahankan dan direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari. “Dalam perannya sebagai generasi muda Indonesia, pemuda harus punya nilai yang bisa dipertahankan. Bukan hanya melakukan sesuatu karena sekedar memenuhi tuntutan, tapi juga butuh cinta dan pegangan nilai dalam melakukannya. Sehingga pemuda tidak ikut terjerumus dalam perbuatan tercela seperti tawuran, kekerasan, korupsi dan lainnya,” ujarnya.
Sri menjelaskan bahwa degradasi moral dan ketiadaan nilai yang dipegang dengan sungguh-sungguh oleh pemuda yang menyebabkan mereka terjerumus pada tindakan-tindakan tercela. “Akar budaya toleransi antar kita yang sudah mulai terkikis, dan munculnya kebiasaan baru berupa budaya instan, menyebabkan pemuda tidak lagi memiliki akhlak dan karakter yang mulia,” jelasnya.
Sri juga menambahkan, peringatan hari Sumpah Pemuda kali ini harus lebih dimaknai dalam upaya menerima perbedaan dan semangat persatuan. “Bangsa ini memiliki kekayaan suku, RAS, bahasa dan agama. Maka pada hari Sumpah Pemuda ini kita harus membangkitkan lagi semangat persatuan dan toleransi diantara kita,” tambahnya.
Ia juga berharap dengan adanya sumpah pemuda ini pemuda akan lebih menyadari lagi pentingnya toleransi dan semangat persatuan. Selain itu pemuda juga diharapkan bisa lebih mengenali potensi dan kelebihan dirinya, sehingga mereka dapat berkarya dengan lebih optimal demi kemajuan bangsa Indonesia.
