Menjamurnya lemari pendingin atau yang dikenal dengan kulkas dikalangan masyarakat saat ini masih dirasa kurang ekonomis untuk masyarakat kalangan menengah kebawah. Oleh karena itu, kelompok mahasiswa Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta(UMY) melakukan pelatihan tentang Kulkas Padang Pasir kepada warga Dusun Sungapan Dukuh, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul.
Demikian disampaikan oleh Fatra. Salah satu kelompok mahasiswa Agroteknologi UMY ketika ditemui di kantor Biro Humas dan Protokol Kampus Terpadu UMY pada Sabtu,(22/06). Sosialisasi dan pelatihan ini merupakan bentuk pelaksanaan dari Program Kegiatan Mahasiswa (PKM) 2012 yang didanai Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) dengan sasaran ibu-ibu PKK dusun setempat.
Fatra menjelaskan bahwa Kulkas padang pasir atau teknologi Pot in Pot merupakan teknologi yang berfungsi sama seperti lemari pendingin pada umumnya. “Pot in pot merupakan teknologi tepat guna yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan buah dan sayur,” jelasnya.
Lebih lanjut Fatra memaparkan bahwa teknologi ini pertama kali ditemukan oleh seorang guru di Nigeria yang bernama Mohammad Bah Abba. “Ide pembuatan pot in pot ini tercetus ketika melihat kondisi masyarakat yang membutuhkan teknologi sebagai pengawet bahan makanan dengan harga murah ,” paparnya.
Mahasiswa Prodi Agroteknologi UMY ini menuturkan bahwa teknik pembuatan kulkas padang pasir ini cukup sederhana dan mudah. “Bahan-bahan untuk membuatnya terdiri dari dua buah pot yang berbeda ukuran (besar dan kecil), pasir, dan air. Kemudian Pot besar diberi pasir setinggi 3 cm pada dasar guci dan masukan pot kecil kedalam pot yang telah diberi pasir.”
“Kemudian pasir di sela-sela pot besar dan kecil itu dipadatkan, lalu pasir disiram hingga basah yang nantinya di biarkan semalam. Setelah di diamkan semalam, suhu di dalam pot akan menurun dan siap digunakan untuk menyimpan buah dan sayur,” imbuhnya.
Prinsip kerja dari teknologi pot in pot, terang Fatra adalah Evaporative Cooling(pendinginan melalui penguapan). “Artinya, panas dari luar pot akan menyebabkan air dalam pasir menguap dan mengalir ke luar melalui pori-pori pot besar dan bersirkulasi dengan udara kering di sekeliling pot in pot. Akibatnya, pot akan mengeluarkan panas dan menurunkan suhu didalam pot kecil,” imbuhnya.
Fatra mengungkapkan bahwa penurunan suhu dalam pot in pot ini dapat mencapai 15 derajat. “Sehingga dapat menyimpan buah dan sayur selama tiga minggu. Dengan adanya teknologi sederhana dengan harga terjangkau ini akan membantu masyarakat sekitar dalam menyimpan buah dan sayurnya” tandasnya.