Wide Shot Metro TV untuk kedua kalinya, Selasa (17/9) kembali mendatangi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dalam rangka menjaring jurnalis-jurnalis pemula. UMY menjadi satu-satunya perguruan tinggi swasta di Yogyakarta yang mendapat kunjungan dari Wide Shot Metro TV.
Rony Panengah, Produser Wide Shot, mengatakan bahwa Wide Shot merupakan program berita yang berdurasi 4 jam sehari selama 5 hari dalam satu minggu. “Dan ujung tombak dalam program berita ini adalah jurnalisme warga. Berita-berita yang dikirim oleh masyarakat dalam bentuk video,” katanya.
Rony juga mengungkapkan kedatangannya kembali Wide Shot ke UMY karena kepuasan yang mereka dapatkan, ketika tahun lalu mengadakan road show ke UMY. “Tahun lalu dalam waktu 1,5 jam kami bisa menghasilkan 60 paket berita. Dan sekarang, kami kembali ingin menantang mahasiswa UMY untuk bisa menghasilkan berita yang lebih banyak lagi. Kami akan berada di UMY hingga hari minggu, dan menargetkan 100 paket berita dari mahasiswa,” ungkapnya.
Menurutnya, banyak para jurnalis profesional yang lahir dari coaching (pembinaan) yang pernah diselenggarakan oleh Wide Shot Metro TV. “Setelah acara workshop ini, mahasiswa akan diajak terjun langsung untuk melakukan peliputan. Dari sini nantinya mahasiswa juga akan berhadapan langsung dengan kamera video. Karena Wide Shot ini adalah tayangan televisi, maka mahasiswa harus berani berhadapan dengan kamera. Sebab belum tentu orang yang pintar berbicara bisa berbicara dengan lancar dan bagus di depan kamera,” paparnya.
Selain menjelaskan tentang kedatangannya ke UMY, produser Wide Shot yang juga wartawan senior Metro TV ini juga menjelaskan tentang tantangan menjadi seorang jurnalis. Karena menurutnya, menjadi jurnalis itu tidak hanya lelah dan bekerja di bawah tekanan yang didapat. “Tapi, seorang jurnalis juga harus tetap punya ide-ide kreatif yang terus mengalir,” jelasnya.
Untuk menjadi jurnalis, lanjut Rony lagi, juga harus punya banyak wawasan, bisa berbicara dan berkomunikasi dengan semua orang yang berasal dari berbagai elemen masyarakat, seperti orang-orang miskin, PSK, orang-orang jalanan, ilmuwan, ustad, menteri, bahkan hingga presiden. Dan hal itu membutuhkan keahlian khusus agar bisa berkomunikasi secara baik dan tepat dengan mereka. “Dan menjadi jurnalis itu juga ada pekerjaan seninya,” ujarnya.
Selain itu, menurut Rony lagi, menjadi wartawan televisi itu berarti bekerja dalam hitungan detik dan berbatasan dengan waktu. “Jadi, menjadi wartawan itu resiko dan tantangannya luar biasa. Tapi walaupun begitu, wartawan bisa mengunjungi semua wilayah yang mungkin belum pernah terfikirkan sebelumnya. Karena itu, siapa pun yang tertarik ingin menjadi jurnalis harus dipersiapkan dan membekali diri dari sekarang, baik itu dengan jiwa yang kritis, wawasan yang luas, atau pun pemahaman-pemahaman yang lebih tentang kehidupan masyarakat, khusunya di negaranya sendiri,” pungkasnya. (addhuhry)