Berita

Adakan Simulasi Bencana, Keperawatan UMY Jadikan Fikih Kebencanaan Sebagai Rujukan

Indonesia merupakan salah satu wilayah yang kerap ditimpa bencana alam, hal ini dikarenakan posisinya berada di atas tiga lempeng utama dunia yaitu Indo-Australia, Uerasia, dan Pasifik yang pergeserannya dapat mengakibatkan gempa dengan beragam skala. Tak hanya itu, Indonesia juga memiliki gunung api yang aktif karena berada dalam Cincin Api Pasifik. Oleh karena itu, para relawan yang diturunkan untuk menangani korban bencana harus faham dengan situasi dan cermat dalam bekerja. Menyikapi hal itu, sebanyak 110 mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK UMY) melakukan simulasi tanggap bencana pada Sabtu, (29/12) di Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Al Afik, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku penanggung jawab simulasi menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan rangkaian dari perkuliahan yang dijalani oleh mahasiswa selama satu semester yaitu mata kuliah Manajemen Bencana.

“Dalam waktu satu semester, mahasiswa mendapat banyak sekali materi terkait kebencanaan. Diantaranya panorama kebencanaan, penanggulangan bencana, dan juga teori – teori laninnya. Pada puncaknya mereka melakukan simulasi bencana seperti saat ini,” ungkap Afik.

Ia pun menambahkan bahwa terdapat kelebihan dari materi yang didapatkan mahasiswa PSIK UMY terkait materi Manajemen Bencana, yaitu pemahaman mengenai Fikih Bencana yang digagas oleh Muhammadiyah. Fikih Bencana sendiri merupakan panduan umat untuk memandang dan menyikapi bencana sesuai dengan semangat Qur’an dan hadits. Cara memandang terbagi kepada dua yaitu teologis dan sosiologis. “Yang menjadi ciri khas dari UMY adalah mengkaji fikih bencana dalam perkuliahan. Tujuan mahasiswa mendapat materi tersebut supaya ketika diturunkan ke lokasi yang terdampak bencana bisa memberikan ketenangan bagi korban. Hal ini dikarenakan dalam fikih bencana dibahas secara arif dari sisi Al – Qur’an dan juga hadis mengenai kebencanaan,” imbuhnya.

Pada simulasi ini, seluruh mahasiswa terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama bertugas sebagai tim penyelamat yang dibagi dalam berbagai unit seperti tim evakuasi, medis, hingga tim yang menangani khusus korban yang terkena gangguan jiwa ataupun ibu hamil, sedangkan kelompok kedua akan berperan sebagai korban terdampak bencana. Korbannya sendiri beragam, mulai dari luka ringan, luka serius hingga meninggal dunia, terdapat juga korban yang berasal dari ibu hamil dan anak balita, orang yang terkena gangguan jiwa juga turut diperankan dalam simulasi ini.

Afik berharap dari pelatihan yang dipandu oleh Muhammadiyah Disaster Management Centre (MDMC) Daerah Istimewa Yogyakarta ini bisa menjadi bekal mahasiswa ketika sudah turun di tempat bencana. Ia juga berharap kedatangan relawan – relawan dari Muhammadiyah bisa memberikan dampak positif bagi seluruh korban maupun daerah yang terdampak bencana. “Semoga pelatihan ini bisa memberikan pelajaran berharga bagi mahasiswa dan menjadi siap ketika diturunkan di daerah bencana,” pungkas Afik.(ak)