Memasuki zaman yang semakin modern, umat manusia semakin menemukan banyak sekali permasalahan kemanusiaan. Mulai dari permasalahan yang muncul dari politik, ekonomi, dan iklim yang berubah-ubah secara ekstrim. Untuk itu, berbagai pihak dituntut untuk melakukan kerjasama guna menyelesaikan permasalahan kemanusiaan yang terjadi baik di Indonesia maupun dunia.
Dosen Program Studi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Prof. Dr.Bambang Cipto, M.A, mengatakan bahwa manusia memiliki berbagai tantangan saat ini, diantaranya perubahan iklim ekstrim yang sangat berpengaruh bagi kaum miskin. Hal ini bisa terjadi karena mereka tidak memiliki biaya untuk mengantisipasi terjadinya perubahan alam secara tiba – tiba. Pemanasan global juga mengakibat meningkatnya permukaan laut sehingga menyebabkan beberapa daerah di dunia menjadi tenggelam dan mengakibatkan perpindahan penduduk ke wilayah lainnya.
“Saat ini kita dihadapkan dengan permasalahan alam yang bisa menimbulkan kesenjangan ekonomi yang semakin besar. Hal ini juga bisa menjadi masalah di bidang politik, yaitu kelompok atau orang yang memiliki banyak uang dapat mengontrol kaum miskin untuk mengikuti arah politik orang – orang kaya,” ujarnya saat menjadi pembicara pada pembukaan 5thInternational Student Conference On Humanity Issues yang diadakan oleh Magister Ilmu Hubungan International pada, Kamis (14/3) di Gedung Pacasarjana UMY.
Pada kesempatan yang sama, Prof. Dr. Magdy Behman, M.A., DIS. menyampaikan pentingnya pendekatan agama dan budaya bagi setiap orang agar bisa menyelesaikan permasalahan masyarakat. Ia menjelaskan bahwa perbedaan agama dan budaya bukan menjadi masalah untuk mengelompokkan orang lain. Nilai – nilai yang terkandung di setiap agama seharusnya bisa saling memahami dan menerima perbedaan. “Budaya itu tidak hitam dan putih, tapi memiliki banyak hal positif yang terkandung dan bisa membuat manusia saling memahami satu sama lain. Melalui pemahaman akan perbedaan, hal ini bisa memiliki kontribusi untuk bisa menyelesaikan permasalahan kemanusiaan,” imbuhnya.
Magdy Behman mengatakan bahwa konflik bisa muncul apabila semua orang atau kelompok merasa benar. Oleh karena itu, ia mengajak para peserta untuk bisa berfikir dari berbagai sudut pandang. Sehingga bisa mengerti perbedaan yang ada pada agama atau budaya lain. Kemudian ia menyampaikan bahwa nilai – nilai yang terkandung dalam agama atau budaya harus bisa dipraktikkan dalam kehidupan bermasyarakat. Bukan malah menjadi tembok penghalang dalam membantu manusia.
Diskusi ini diakhiri dengan pernyataan dari Konsulat Republik Indonesia untuk Kota Kinibalu Andhika Bambang Supeno menjelaskan bahwa kerjasama antara pemerintah Indonesia, Malaysia, dan Thailand sangat dibutuhkan bagi para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk mendapatkan perlindungan hukum dari berbagai tindakan kejahatan. Seperti penipuan tenaga kerja illegal, penculikan, dan kekerasan. Hal ini harus dilakukan karena TKI sering kali menjadi korban dari kejahatan kemanusiaan. “Untuk menyelesaikan masalah ini pemerintah Indonesia harus bisa melakukan diplomatik agar bisa memberikan advokasi bagi TKI,” tutup Andhika.(ak)