Dewasa ini sebuah perdamaian antar umat beragama harus menjadi kekuatan penuh untuk membangun puing-puing perdamaian. Agama yang erat kaitannya dengan perdamaian merupakan warisan yang sangat penting, menarik dan patut diteladani dibandingkan dengan warisan perang. Mengutamakan jalan damai akan memberikan amunisi bagi umat beragama untuk menyongsong peradaban kemanusiaan yang mulia. Untuk itu Magister Ilmu Hubungan Internasional (MIHI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menyelenggarakan acara Public Lecture bertajuk “Religioun, cause of violence or peace?”, bertempat di UMY Gedung Pascasarjana Lantai 1 acara tersebut diselenggarakan pada, Selasa (27/3).
Menurut sekretaris Program Studi Magister Ilmu Hubungan Internasional (MIHI) UMY, Dr. Ahmad Sahide, S.IP.,M.A. latar belakang tema kuliah umum kali ini lantaran dilandasi karena melihat bahwa saat ini agama terbagi menjadi skala nasional, regional, dan internasional. “Hal inilah yang seringkali menjadi sumber konflik. Jadi seolah-olah Islam dikaitkan dengan terorisme, Islam seolah-olah menjadi sumber kekerasan tersebut,” ungkapnya. Ia juga menambahkan bila penting untuk mahasiswa dan para akademisi untuk mengetahui lebih mendalam terkait isu agama secara global. Namun, kembali ia menambahkan, dalam hal ini agama pun juga menjadi sumber kedamaian non intervensi untuk menegakkan sebuah keadilan.
David Cotright, Ph.D selaku director of policy studies, Kroc Institute for International Peace Studies, mengungkapkan bahwa untuk membuat sebuah perdamaian, tidak hanya berbicara saja namun juga menunjukkan tindakan nyata. David menjelaskan bahwa ada beberapa prinsip dalam mencapai sebuah kedamaian, yakni hasil dari kebenaran dan keadilan, perlu pengorbanan dan disiplin tanpa kekerasan. Ia menceritakan beberapa tokoh perdamaian dunia seperti Mahatma Gandhi, Abdul Ghaffer Khan dan Martin Luther king. Dari ketiga tokoh tersebut, ia menjelakan bahwa kedamaian tidak hanya diperoleh dari kekerasan, namun tanpa kekerasan kedamaian akan terjadi.
Martinus Sardi, Ph.D selaku pemateri mengungkapkan bila Religion di dunia ini memiliki wajah ganda yakni memiliki prespektif positif dan negatif. Perspektif positif adalah bahwa agama berfungsi untuk mempromosikan perdamaian di seluruh dunia, agama adalah sumber daya perdamaian, perdamaian sejati. Namun dalam perspektif negatif, bahwa banyak agama yang setia memprovokasi kekerasan, konflik hingga perang. “Kita dapat mengamati di dunia kita dengan fakta-fakta perang dunia pertama dan kedua dan juga perang yang tersebar di seluruh dunia setelah itu sampai sekarang. Ada jutaan korban, tetapi perang tetap berlanjut; itu karena negara-negara kaya masih menciptakan tentara baru yang lahir dan modern, yang mampu menghancurkan alam semesta ini,” jelasnya lebih jauh. Ia kembali memberikan tanggapannya bahwa agama menjadi sektor penting dalam making a peace. “Agama punya tanggungjawab untuk membuat harmoni,” tutupnya. (Darel Dini)