Berita

Ajaran HAM versi Amerika Serikat Merupakan Bagian dari Sekularisme

Sekularisme dimaknai sebagai sebuah ideologi dimana negara maupun agama tidak boleh ikut campur di dalamnya. Nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM) yang diajarkan di negara Amerika Serikat-pun dinilai merupakan bagian dari Sekularisme. Pasalnya, dalam nilai HAM ada pandangan yang disebut totalitarian individualism.

Hal tersebut yang disampaikan oleh Prof. Bambang Cipto, MA., selaku pembicara dalam Islamic Discussion dengan tema “the Challenge of Secularism in the Globalization Era.” Dalam acara yang dilaksanakan di Amphiteater Gedung Pascasarjana lt. 4 pada Jum’at (24/02) tersebut, Prof. Bambang menyampaikan tentang paham Sekularisme di Amerika Serikat, dengan menyoroti pada isu HAM.

“HAM di Amerika Serikat itu menganut individualism dimana setiap individu boleh berbuat apapun. Kemudian berkembang menjadi totalitarian individualism atau individual yang totaliter, yang menganut paham bahwa setiap individu tidak dikenakan larangan dalam berbuat apapun dalam urusan mereka. Bahkan agama dan negara sekalipun,” jelas Bambang.

HAM dalam pandangan Amerika Serikat, disebut Prof. Bambang, sebagai salah satu bentuk dari langkah globalisasi untuk mendominasi ekonomi dunia. Oleh karenanya, beberapa pihak seperti China, Islam, dan bahkan Asia mulai menentang pandangan HAM menurut Amerika tersebut. “China dan Asia merasa HAM menurut AS itu salah, karena Asia memiliki HAM dengan cara mereka sendiri, yang lebih dikenal dengan Asian Way. Hal tersebut juga ternyata memiliki pengaruh pada perekonomian China dan Asia yang menunjukkan semakin bagus, dibandingkan Amerika sendiri,” tambah Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional UMY tersebut.

Sekularisme juga dikaitkan oleh mantan rektor UMY tersebut, memiliki keterkaitan dengan perang pemikiran. Muslim, terutama di negara di Timur Tengah, disebutkan memiliki pegangan yang teguh terhadap Al-Qur’an, sehingga Barat tidak mampu memerangi Timur Tengah dengan sekedar melalui perang pemikiran. “Makanya Amerika sejak zaman pemerintahan George W. Bush sudah menyerang Timur Tengah. Yang mereka incar itu dua, minyak dan gas untuk diambil, kemudian nilai-nilai negara timur tengah yang ingin mereka hancurkan. Karena Muslim di Timur Tengah berpegang teguh pada Al-Qur’an, tidak cukup bagi Barat untuk memerangi mereka dengan perang pemikiran saja. Oleh karenanya, Barat memilih dengan jalan menghancurkan,” tegas Prof. Bambang.

Berbeda dengan kasus yang ada di Indonesia, sebut Prof. Bambang, dimana masyarakat mudah terpengaruh dalam menerima gagasan yang tidak biasa. “Di Indonesia bila masyarakatnya diberi gagasan yang sedikit aneh saja sudah ribut sana-sini. Itu karena sedikit dari masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim memahami Al-Qur’an sehingga dapat bepegang teguh pada Al-Qur’an. Bahkan yang dapat membaca Al-Qur’an dengan baik saja hanya segelintir. Oleh karenanya pemuda Muslim harus dididik sedari muda sehingga mampu berpegang teguh pada ajaran agama,” tutup Bambang.

Dalam agenda tersebut, hadir pula sebagai pembicara, Dr. Martino Sardi, MA., yang juga sependapat dengan pemaparan Prof. Bambang. “Bila Amerika Serikat memiliki pandangan HAM sendiri, umat Islam juga memiliki ajaran-ajaran HAM tersendiri. Maka dari itu, umat Islam harus menjalankan HAM berdasarkan apa yang diajarkan oleh Al-Qur’an. Karena pandangan sekularisme yang menyebutkan bahwa semua hal di dunia punya nilainya masing-masing, tanpa harus mengacu pada agama, itu salah. Semua hal di dunia memang memiliki nilai pada dirinya masing-masing, namun semua tidak luput dari ketergantungan kita selaku manusia kepada Allah,” jelas dosen Fakultas Hukum UMY tersebut. (deansa)