Pada era globalisasi seperti saat ini, sangatlah penting bagi kaum muda untuk saling bertukar informasi, budaya, dan pikiran dengan orang yang ada di belahan dunia manapun. Hal ini dilakukan agar generasi muda bisa berfikir terbuka dan meningkatkan rasa toleransi kepada orang atau kebudayaan lain yang berbeda dengan dirinya. Untuk itu, Program Studi (Prodi) Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengadakan kuliah umum yang bertajuk Building Intercultural Understanding between Indonesia and South Korea pada Senin (30/7) yang bertempat di ruang kelas gedung pascasarjana UMY. Kegiatan ini diisi oleh Shin Jiwon, seorang mahasiswa tahun ketiga Hankuk University, Seoul, Korea Selatan.
Rhafidilla Vebrynda, M.I.Kom selaku Sekertaris Prodi KPI UMY mengatakan bahwa peserta yang mengikuti kuliah umum ini bisa belajar banyak dan saling bertukar informasi serta budaya antar dua negara. “Di tengah era globalisasi seperti saat ini, menjadi kewajiban bagi mahasiswa untuk belajar tentang tolerasnsi dan perbedaan. Dengan adanya acara – acara seperti ini, peserta dan narasumber bisa bertukar informasi, budaya, dan isu yang sedang berkembang di kedua Negara yaitu Indonesia dan Korea Selatan,” ujarnya.
Di dalam kelas, Shin Jiwon menyampaikan pandangannya mengenai fenomena Islam dan Terorisme di Indonesia. “Banyak sekali orang yang memandang agama Isam sebagai agama yang keras dan mengajarkan faham radikal. Pandangan seperti ini muncul karena banyaknya informasi – informasi yang disampaikan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Padahal yang sebenarnya Islam tidak pernah mengajarkan faham seperti itu. Ketakutan akan Islam terjadi karena banyak orang kurang belajar dan enggan mencari banyak informasi mengenai Islam,” tuturnya.
Kemudian, Shin Jiwon menjelaskan tujuan kedatangannya ke Indonesia ialah melakukan penelitian mengenai fenomena dakwah di sosial media yang sedang marak dilalukan oleh anak – anak muda Indonesia. “Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia dan pastinya banyak sekali fenomena yang dimunculkan oleh umatnya di sini. Dan saya tertarik untuk meneliti pemuda Muslim yang menggunakan sosial media sebagai sarana untuk melakukan dakwah,” tambahnya.
Di akhir kegiatan, narasumber mengatakan bahwa penting untuk mengetahui kebudayaan dan informasi dari berbagai belahan dunia manapun. “Ketika kita tidak mengetahui fakta yang sebenarnya suatu kelompok atau budaya, maka hanya ketakutan yang akan muncul. Untuk itu, mari kita selalu belajar dan saling bertukar pikiran,” tutupnya. (ak)