Berita

Al-Qur’an Bisa Menjadi Basis Bangunan Ilmu Alam

06072015_Pengajian Ramadhan Dosen_6

Tak dapat disangkal lagi jika banyak sekali mukjizat ilmiah dan fenomena-fenomena ilmiah yang sebenarnya telah ada dalam Al-Qur’an, bahkan sebelum pengetahuan atau fenomena itu terjadi. Ayat Al-Qur’an yang menunjukkan dan memberi informasi mengenai teori dan fenomena tertentu pun juga dinyatakan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 185, kemudian dikuatkan oleh surah Ali-Imran ayat 138. Inti dari dua ayat ini menyatakan bahwa Al-Qur’an dapat menjadi sumber pengetahuan alam dan berbagai fenomenanya. Dengan kata lain, Al-Qur’an dapat menjadi basis bagi bangunan ilmu alam.

Demikian dijelaskan Dr. Agus Purwanto, dosen Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), saat menjadi pemateri dalam acara pengajian Ramadhan 1436 H bagi dosen dan karyawan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Senin sore (6/7). Pengajian Ramadhan yang diselenggarakan di ruang sidang AR. Fachruddin B lantai 5 ini digelar hingga hari ini, Selasa (7/7).

Menurut Agus, pandangan bahwa Al-Qur’an dapat menawarkan mukjizat ilmiah maupun mukjizat lainnya memang tidak salah. Akan tetapi menurutnya, menjadi kurang elegan jika hanya memandang Al-Qur’an sebagai pembenar saja, bukan sebagai sumber nilai atau pengetahuan sendiri. “Al-Qur’an sebagai petunjuk seharusnya juga dipahami secara spesifik sebagai petunjuk bagi ilmuwan dalam mendapatkan ide dan membangun suatu teori. Karena Al-Qur’an sebenarnya juga bisa menjadi basis bagi bangunan ilmu alam. Ini tentunya juga karena hubungan antara fenomena alam dan kebenaran Al-Qur’an itu bersifat pasti, maka hubungan sebaliknya juga berlaku,” paparnya.

Namun, menurut Agus, agar ilmuwan itu juga bisa mendapatkan ide dan teori pengetahuan, baik tentang sifat atau pun perilaku alam yang bersumber dari Al-Qur’an, seorang ilmuwan itu harus intensif berdialog dengan Al-Qur’an. Dan dialog akan berlangsung intensif jika seseorang mampu memahami bahasa yang digunakan Al-Qur’an, yakni bahasa Arab. “Karena Al-Qur’an itu menggunakan tiga pola penuturan tentang alam, yaitu secara eksplisit, implicit, dan simbolik. Untuk itulah kenapa kita harus mampu memahami bahasa Al-Qur’an ini,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Rektor UMY, Prof. Dr. Bambang Cipto, MA. Menurutnya, melalui pengajian Ramadhan tersebut, para dosen dan karyawan UMY dapat terbantu dalam memahami ilmu agama. Karena pada dasarnya Al-Qur’an memang sangat berhubungan dengan perkembangan keilmuwan. “Kita memang melihat ilmu pengetahuan itu dapat mencerahkan manusia. Namun lebih dari itu, Al-Qur’an bisa mencerahkan ilmu pengetahuan dan manusia,” tuturnya.

Untuk itulah, diadakan pengajian Ramadhan tersebut yang memfokuskan pada pengembangan dan pemahaman lebih jauh dalam ilmu agama Islam, khususnya dalam kajian Al-Qur’an dan Hadits terhadap perkembangan keilmuan. Hal ini sebagaimana diungkapkan ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMY, Prof. Dr. Syamsul Anwar, bahwa pengajian tersebut juga sekaligus untuk mengimplementasikan keislaman dosen dan karyawan UMY melalui kajian Al-Qur’an dan Hadits terhadap perkembangan keilmuwan. “Integrasi antara perkembangan ilmu dan agama itu sangat penting, karena keduanya tidak dapat dipisahkan. Untuk itulah diadakan forum pengajian bagi dosen dan karyawan ini, untuk mempelajari dan mendalami lebih jauh tentang korelasi Al-Qur’an dengan perkembangan keilmuan,” ungkapnya.

Pengajian Ramadhan bagi dosen dan karyawan UMY ini juga menghadirkan beberapa pembicara lainnya seperti, Dr. Haedar Nashir, Dr. (Hc) Habib Chirzin, Prof. Dr. Chamamah Soeratno, dan Dr. Anwar Abbas, MM. M.Ag. Selain itu, pada acara pengajian ini turut pula diadakan launching Buku Pedoman Hidup Islami Warga UMY serta launching Visual Ibadah Praktis. (adm)