Seruan kemenangan yang diteriakkan ribuan rakyat Mesir di at-Tahrir Square beberapa hari lalu telah merangsang upaya-upaya serupa di sejumlah Negara. Misalnya, 400 orang lebih rakyat Aljazair ditahan polisi akibat aksi massa menuntut Presiden Abdul Aziz Bouteflika turun dari ibukota. Demikian pula rakyat Iran dan Yaman yang ikut menuntut sang penguasa negeri mengundurkan diri. Namun, fenomena-fenomena tersebut dinilai tidak cukup kuat untuk mengulang tragedi 1998 di Indonesia.
Demikian disampaikan tokoh reformasi Indonesia Prof. Dr. Amien Rais pada Kuliah Umum yang diadakan Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (HI UMY) bertajuk “Gelombang Reformasi Mesir” di Ruang Sidang Gedung Ar. Fahrudin B lantai 5 Kampus Terpadu UMY, Senin (14/2).
Amien menjelaskan, ada beberapa persamaan faktor yang mengakibatkan berhasilnya penggulingan Hosni Mubarak dan Soeharto yang tidak ada saat ini di Indonesia. Lamanya kedua tokoh tersebut berkuasa menjadi faktor awal yang menstimulasi adanya perlawanan massa. Keduanya menjabat sebagai presiden lebih dari 30 tahun sedangkan SBY hingga saat ini baru memangku jabatan selama tujuh tahun.
Selain faktor tersebut, kondisi ekonomi mayoritas penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan dinilai Amien berdampak sangat besar dalam penggulingan Soeharto dan Mubarak. Amien menjelaskan bahwa massa dapat dikerahkan bukan semata-mata karena tuntutan ideologi. Masalah perut justru memiliki dampak besar dalam upaya tersebut. “Walaupun jumlah kemiskinan saat ini cukup besar, pemerintah masih dinilai positif oleh masyarakat dengan sejumlah program pengentasan kemiskinan atau program lain yang berpihak kepada masyarakat”, ungkap Amien.
Tidak adanya tokoh yang berpengaruh juga menjadi faktor yang tidak kalah penting menurut Amien. Di Mesir, kelompok Ikhwanul Muslimin jelas sekali memiliki pengaruh yang sangat besar. Demikian pula Indonesia tahun 1998. Didudukinya gedung DPR oleh mahasiswa terjadi melalui proses besar karena beberapa tokoh penggerak saat itu.
Ketiga faktor di atas menjadi dasar penilaian Amien walaupun ada beberapa kondisi Indonesia saat ini yang dapat memicu aksi. Kondisi yang dimaksud Amien adalah dikelilinginya pemerintah dengan orang-orang yang melakukan tindakan korupsi seperti di Mesir. “Karena itu, jalan impeachment-pun tidak mungkin terjadi”, jelas Amien.
Terkait bentuk pemerintahan yang paling ideal diterapkan di negara-negara Arab termasuk Mesir, Amien tidak menyebutkan satu sistem secara mutlak. Amien hanya menititkberatkan pada esensi yang berkeadilan secara multidimensional mencakup keadilan politik, sosial dan pendidikan. “Baik monarki maupun demokrasi yang paling penting bagaimana keadilan politik, sosial dan pendidikan dapat ditegakkan”, ungkapnya.
Di hadapan mahasiswa HI UMY Amien juga memprediksi, posisi Ikhwanul Muslimin di Mesir akan lebih baik jika tetap menjadi oposisi pemerintah bukan sebagai penguasa baru pemerintahan Mesir. “Opisisi pemihak rakyat belum tentu mampu sepenuhnya melakukan apa yang diperjuangkan sebelumnya”, jelasnya.