Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali menggelar International Conference on Sustainable Innovation (ICOSI) untuk keempat kalinya pada Selasa hingga Rabu (13/10 hingga 14/10). Berbeda dengan tahun sebelumnya, ICOSI 2020 ini diselenggarakan secara virtual mengingat kondisi bumi yang belum benar-benar pulih dari pandemi COVID-19. Begitu pula dengan acara pembukaan ICOSI 2020 yang dilaksanakan melalui platform Microsoft Teams dan streaming Youtube yang disiarkan langsung dari Ruang Sidang Lt.5, Gedung AR Fachruddin B, UMY. Konferensi internasional yang diikuti oleh 1373 peserta yang berasal dari 8 negara dan 4 benua ini dibuka oleh Rektor UMY, Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P., IPM dan Ketua Badan Pengurus Harian UMY, Dr. Agung Danarto, M.Ag., dengan secara simbolis membunyikan sirine pada Selasa sore (13/10).
Melalui sambutannya, Ketua Pelaksana ICOSI 2020, Dr. Yeni Rosilawati, S.IP., S.E., M.M., menyampaikan bahwa pelaksanaan konferensi secara virtual ini memiliki nilai yang berbeda. “Konferensi virtual ini merupakan yang pertama kalinya dalam sejarah universitas kita dimana keseluruhan konferensi secara penuh dipindahkan ke platform digital,” ungkapnya. Selain pelaksanaanya yang digelar secara virtual, konferensi ini juga menjadi berbeda karena memiliki 14 disiplin ilmu.
Konferensi yang mengangkat Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai fokusnya ini dibuka dengan pemaparan oleh 3 orang keynote speaker yaitu Prof. Dr. Med. Jorg Haier, LL.M., dari Hannover Medical School, Jerman, Sudarisman, Ph.D., dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan Prof. Dr. Khoirul Anwar, dari Telkom University. Ketiga keynote speaker, menyampaikan materinya secara virtual dan dimoderatori oleh dr. Imam Permana, M.Kes., Ph.D.
Pada pemaparannya, Jorg Haier menyampaikan materi berjudul Impact of COVID-19 on Telemedicine Usage: Framework and Implementation. Materi yang disampaikan oleh Jorg berkaitan erat dengan poin ke 3 dari SDGs yaitu Good Health and Well Being dimana ia mengangkat isu mengenai cakupan fasilitas kesehatan dan salah satu sumber datanya merupakan pengguna Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Indonesia. Isu ini sangat relevan dengan keadaan sekarang berkaitan dengan pandemi COVID-19 dan terbatasnya fasilitas kesehatan terutama pada daerah-daerah yang tertinggal. ““Indonesia memiliki tantangan yang besar dan spesifik mengenai sarana dan prasarana kesehatan ini. Untuk itu, mengadopsi sistem telemedicine dapat sangat membantu,” ujarnya.
Jorg menambahkan bahwa penggunaan Telemedicine dengan sistemnya bisa menjadi salah satu solusi dari terbatasnya fasilitas kesehatan yang ada dalam penanganan pandemi COVID-19. “Telemedicine mengubah sistem kesehatan dari yang sederhana menjadi sistem yang modern. Dengan sistem ini rumah sakit tidak lagi menjadi pusat untuk segala hal karena para pasien dapat mengakses fasilitas kesehatan seperti berkonsultasi dan mendapatkan resep tanpa bertatap muka langsung. Terutama di masa pandemi ini, dimana sebaiknya interaksi secara fisik dikurangi,” imbuhnya. (ays)