Luas georafis Indonesia yang lebih luas dari Uni Eropa, Filosofi Negara yang sama, Keberagaman, Demokrasi dan situasi politik yang tidak jauh berbeda. Indonesia sebagai negara yang sedang menuju menjadi negara maju, akan mampu untuk berkontribusi dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang sedang dialami oleh sebagian besar Negara-negara Uni Eropa. Dengan kata lain, Indonesia mampu menjadi lebih baik dari Eropa.
Hal Itulah yang disampaikan oleh Duta Besar Indonesia untuk Uni Eropa, Belgia dan Luksemburg Arif Havas Oegroseno, saat menyampaikan kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan tema “Dinamika Politik, Ekonomi, dan Hubungan Antar Umat Beragama di Uni Eropa: Pengalaman Bagi Indonesia” dihadapan ratusan mahasiswa Hubungan Internasional dan Hukum. Kegiatan tersebut bertempat di Ruang sidang AR. Fachruddin B, lantai 5 UMY, Senin (24/11).
Arif menjelaskan perbandingan dan gambaran yang sedang dialami oleh sebagian besar negara-negara Uni Eropa, dan juga kontribusi Indonesia terhadap Eropa. Menurut data yang ditampilkan oleh Arif pada saat menyampaikan kuliah umumnya, Indonesia memiliki luas geografis 5253 Km jauh lebih besar dari Uni Eropa yang hanya 4956 Km, selain itu keberagaman keyakinan dan bahasa yang memiliki kesamaan dengan Indonesia, diantaranya di Indonesia ada 5 agama yang diakui negara dan ditambah dengan berbagai aliran kepercayaan yang berkembang di tengah masyarakat, sedangkan di Uni eropa 20% atheis, 3 agama yang diakui negara dan banyak aliran kepercayaan juga, selain itu Indonesia memiliki filosofi bangsa “Bhineka Tunggal Ika”, jika Eropa “United and Diversity”.
“Dalam kesempatan ini saya akan menyampaikan perbadingan dan gambaran yang sedang dialami oleh Uni Eropa saat ini dan juga kontribusi kita terhadap Eropa. Kita lihat bahwa kita memiliki luas 5253 Km lebih besar dari UE yang hanya 4956 Km, selain itu keberagaman keyakinan dan bahasa yang kita punya juga dialami oleh UE, seperti kita punya 5 negara yang diakui oleh negara dan masih ada berbagai aliran kepercayaan yang berkembang di masyarakat, eropa juga sama. Eropa punya 20% atheis, 3 agama dan banyak sekali aliran kepercayaan juga. Selain itu, kita punya “Bhineka Tunggal Ika, UE punya United and Diversity, dan masih ada hal-hal lain yang juga sama dengan kita” ujar Lulusan Harvard Law School ini.
Arif menambahkan bahwa hal penting yang jarang sekali diangkat oleh media di Indonesia adalah tingkat korupsi di Eropa, Indonesia seringkali terjebak dengan stigma bahwa Eropa lebih rendah tingkat korupsi, dirinya menjelaskan bahwa data dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebutkan dari tahun 2006-2011 kerugian Indonesia mencapai 37 Triliun atau setara 2,2 Juta Euro, jika dibandingkan dengan data yang dirilis oleh Komisi dalam Negeri UE pada 7 maret 2014, menyebutkan Korupsi di UE adalah122 Juta Euro atau setara 2000 Triliun, artinya jumlah kerugian yang dialami oleh UE 244 kali lebih banyak dari Indonesia, kesamaannya adalah tidak pidana korupsi 70%-nya pada pengadaan barang dan jasa.
Selain itu, Arif juga menyebutkan bahwa yang terpenting adalah peran Indonesia untuk merubah stigma yang muncul pada masyarakat Uni Eropa untuk merubah pandangan anti Islam mereka, yang mana menganggap muslim adalah gerakan garis keras dalam melaksanakan kegiatannya.
“selain kontibusi kita dalam memberikan solusi terkait permasalahan politik, ekonomi dan dan sosial, hal yang terpenting bagi kita adalah merubah padangan terhadap Islam yang ada di Indonesia, menghapus stigma mereka terhadap pandangan bahwa muslim adalah gerakan ekstrem dalam melakukan kegiatan keislaman, hal ini sudah kita lakukan pada saat memberikan seminar, ceramah-ceramah di forum-forum ilmiah disana, banyak pakar dan dosen dari Indonesia kita bawa kesana untuk mengisi kuliah disana”
Arif menegaskan bahwa Indonesia bukan merupakan negara yang jauh tertinggal dari negara-negara Uni Eropa, dirinya menjelaskan bahwa Indonesia jauh lebih baik dari kondisi Uni Eropa saat ini, baik dari segi stabilitas politik, ekonomi, keamanan, dan toleransi keberagamaan seperti bahasa dan kepercayaan. Oleh karena itu Arif menegaskan kembali bahwa Indonesia mampu untuk menjadi lebih baik dari negara-negara Eropa. (Shidqi)