Adanya kepentingan pembangunan nasional dan melihat potensi serta peluang yang dimiliki oleh Republik Suriname dan Republik Guyana, maka misi diplomasi Republik Indonesia di bidang politik dan ekonomi (baik perdagangan, investasi, dan pariwisata) perlu ditingkatkan dan dioptimalkan demi menunjang dan memberi kontribusi bagi pembangunan di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Calon Duta Besar Indonesia untuk Republik Suriname merangkap Republik Guyana, Nur S Rahardjo, di Ruang Simulasi Hubungan Internasional, Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (6/5) siang.
Lebih lanjut, Ia memaparkan jika hubungan tersebut perlu dan penting untuk dikembangkan lantaran secara geografis, Suriname dan Guyana memiliki lokasi strategis di kawasan Karibia dan stabilitas keamanan yang baik. “Selain itu, kedua negara tersebut juga memiliki sumber daya alam yang melimpah, terlebih untuk minyak, emas, bauksit, alumunium, kayu, dan hasil laut. Hal terpenting dari itu semua adalah keduanya memiliki hubungan yang baik dengan Indonesia,” paparnya.
Hubungan yang terjalin antara Suriname dengan Indonesia tersebut, diungkapkan Nur, bahkan terbentuk sangat erat secara emosional sejak 120 tahun lalu mengingat saat ini terdapat 18% penduduk keturunan Indonesia, khususnya Jawa, yang duduk dalam pemerintahan Suriname.
Untuk itu, dalam mewujudkan hubungan yang lebih baik antara Indonesia, Suriname, dan Guyana, Nur menginginkan agar Indonesia mampu mempertahankan citra positif Indonesia yang telah dibangun di Suriname dan Guyana. “Ketiga negara juga perlu meningkatkan kerjasama di forum multilateral, ekspor non-migas serta memanfaatkan peluang ekonomi dalam pembangunan infrastruktur, perhubungan, pariwisata, dan energi, termasuk mendorong kerjasama dalam pemajuan demokrasi, serta penanggulangan kejahatan lintas negara dan terorisme,” urainya.
Dalam bidang budaya, pemerintah Indonesia telah memberikan beasiswa kepada sejumlah mahasiswa Suriname dan Suriname pun telah membentuk Komite Nasional untuk memperingati 120 tahun imigrasi orang Jawa ke Suriname yang rencananya digelar pada 9 Agustus mendatang. “Khusus untuk Suriname, hubungan sosial dan budaya merupakan salah satu prioritas untuk lebih dikembangkan mengingat terdapatnya masyarakat Indonesia keturunan Jawa yang menjadi aset berharga yang perlu dikelola secara baik dalam rangka meningkatkan hubungan kedua negara,” jelas Nur.
Namun Nur mengakui, hingga saat ini belum ada investasi Suriname di Indonesia dan hubungan perdagangan Indonesia-Suriname masih dihadapkan pada berbagai hambatan karena belum adanya pelayaran langsung dan jauhnya jaraka sehingga mengakibatkan biaya transportasi menjadi mahal dan harga tidak kompetitif. Selain itu, persaingan produk Cina juga menjadi kendala. “Produk dari Indonesia diakui memang kualitasnya oleh masyarakat Suriname, namun produk tersebut diakui masih terbilang mahal dibanding produk dengan merek Cina. Selain itu, sudah tiga tahun ini Suriname belum mendapatkan tenaga kerja dari Indonesia untuk pembuatan gula merah yang dibutuhkan disana, ” terangnya.