Berita

Bahan Organik Segar, Solusi Rendahnya Jumlah Lahan Subur Pertanian DIY

Ekspansi kenaikan harga pangan dunia, saat ini menjadi permasalahan besar karena pangan merupakan kebutuhan vital setiap penduduk di dunia. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), fenomena ini diperparah dengan dengan berkurangnya jumlah penyediaan lahan yang tersedia sehingga jumlah ketersediaan pangan pun semakin rendah. Namun bagi Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P, bahan organik segar bisa menjadi solusi.

Ekspansi kenaikan harga pangan dunia, saat ini menjadi permasalahan besar karena pangan merupakan kebutuhan vital setiap penduduk di dunia. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), fenomena ini diperparah dengan dengan berkurangnya jumlah penyediaan lahan yang tersedia sehingga jumlah ketersediaan pangan pun semakin rendah. Namun bagi Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P, bahan organik segar bisa menjadi solusi.

Demikian disampaikan Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FP UMY) ini dalam Diskusi mengenai bukunya yang berjudul “Bahan Organik dan Pengelolaan Nitrogen Lahan Pasir” yang diselenggarakan FP UMY Rabu (4/5) di Ruang Sidang Perpustakaan Kampus Terpadu UMY.

Menurut Gunawan, setidaknya di DIY, lahan subur pertanian yang tersedia semakin sedikit jumlahnya. Hal ini salah satunya karena lahan yang selama ini tersedia saat ini oleh pemerintah lebih banyak digunakan untuk lahan pembangunan sektor lain. Sisa lahan yang ada justru lahan marjinal yang memiliki tingkat kesuburan rendah sehingga selama ini tidak menjadi prioritas padahal potensi lahan ini mencapai lebih dari 3000 hektar.

Gunawan selanjutanya menerangkan salah satu lahan marjinal yang paling banyak berada di DIY adalah lahan pasir terutama di sepanjang pantai mulai dari pantai Parangtritis hingga pantai Glagah. Lahan pasir tidak menjadi prioritas karena tanah pasir pantai cenderung meloloskan air sehingga tidak dapat menyimpan air dalam waktu yang lama. Kondisi seperti ini menjadi tidak menguntungkan bagi setiap upaya pemupukan karena jumlah pupuk yang dibutuhkan menjadi berlipat-lipat.

Selain tidak dapat menyimpan air, tanah pasir juga memiliki kandungan bahan organik yang rendah. Demikian pula rendahnya kandungan nitrogen yang ada, Padahal, Nitrogen merupakan salah satu unsur penting dalam penyusunan utama dalam sel makhluk hidup.  “Tanah pertanian membutuhkan keseimbangan paling tidak antara partikel pasir, debu dan lempung. Sementara lanah pasir jelas didominasi fraksi pasir. Dan bahan organik segar dapat menjadi solusinya”, jelas Gunawan.

Bahan organik segar menurut Gunawan merupakan salah satu bahan dalam upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produktiviaas lahan pasir ini. Bahan organik digunakan untuk menambah sumber-sumber nitrogen. Selanjutnya bahan oragnik diharpakan dapat memperbaiki kelemahan sifat fisik tanah pasir. “Bahkan beberapa jenis bahan organik tertentu dapat mengikat air dua puluh kali lipat beratnya”, jelas Gunawan.

Gunawan selanjutnya menjelaskan alasan pemilihan bahan organic segar disbanding bahan organic matang seperti yang biasa digunakan yaitu pupuk-pupuk pabrik. Bahan organik segar menurutnya menjamin penyediaan hara tanaman lebih lama dibanding pupuk buatan. Hal ini dikarenakan penyediaan hara dari bahan organik segar bersifatslow release atau lambat tersedia. “Yang paling penting, petani menjadi dapat menggunakan bahan organik secara lebih efisien”, terangnya.

Pengunaan bahan organik segar ini pada akhirnya jelas lebih menguntungkan bagi petani yang tidak memiliki pilihan lahan yang lebih subur ini. Selain penggunaan yang berjumlah lebih sedikit, para petani juga dapat mendapatkan bahan-bahan ini dengan mudah. Di salah satu tempat penelitian Gunawan misalnya di Pantai Bugel Kulonprogo, para petani cabe merah memanfaatkan jerami, kotoran hewan, dan bio massa tanaman pada umumnya.

Gunawan berharap, upaya penyadaran masyarakat akan teknologi sederhana yang terlupakan ini harus dilakukan sebagai bentuk pemanfaatan tanah marjinal. “Dengan ini harapannya pertanian sebagai salah satu sumber penghidupan masyarakat daerah Kulonprogo misalnya dapat tetap diproduksi meskipun dilakukan di tanah pasir. Petani juga dapat lebih efisien dalam hal ekonomi” ujarnya